Selasa, 28 Oktober 2008

Alasan Salah Untuk Maju & Berubah

Diinspirasi dari materi oleh: Chuck Gallozzi dan David Regler

Anda, pasti punya target, sasaran, cita-cita, dan tujuan.

Ya itu pasti, tapi lebih pasti lagi ini: Semuanya bukan tentang Anda yang sekarang, bukan Anda yang hari ini, bukan Anda yang saat ini, dan bukan Anda pada detik ini. Anda tidak ingin tetap sama seperti sekarang. Anda ingin yang lebih baik, yang lebih membahagiakan.

Ingatlah, semua itu hanya punya satu arti: Anda ingin perubahan.

Anda, sedang menjalani perubahan. Anda memutuskan berbagai hal dan menjalankan berbagai tindakan, dalam rangka perubahan. Silahkan itu Anda teruskan, tapi mungkin, Anda perlu merenungi beberapa hal. Beberapa hal berkaitan dengan sebab dan musabab, yang menyebabkan Anda memilih untuk berubah. Tepat atau tidaknya alasan Anda, akan menentukan hasil dari upaya perubahan Anda.

ALASAN UNTUK BERUBAH HARUS BENAR

Alasan untuk berubah (baca: maju), bisa bermacam-macam. Apa yang perlu Anda waspadai adalah, jika alasan Anda tidak tepat, maka apa yang Anda targetkan, sasar atau tuju, tak akan pernah kesampaian. Jadi, Anda perlu untuk selalu mengevaluasi sebab-sebab yang membuat Anda ingin berubah.

Contoh paling sederhana. Jika Anda sebagai karyawan telah memutuskan untuk "mengundurkan diri" dan berubah menjadi enterpreneur, pertanyaan pertama yang harus Anda jawab adalah, benarkan Anda "mengundurkan diri", atau apa yang sesungguhnya Anda lakukan adalah "memajukan diri"?

Pak Arief (mantan direktur eksekutif WTC Jakarta), menginspirasi Saya dengan pertanyaan ini. Saat beliau mengetahui Saya memutuskan untuk "mengundurkan diri" dari perusahaan tempat Saya bekerja, lima bulan yang lalu, dan berganti profesi menjadi trainer, beliau lewat stafnya berkomentar, "Bagus, dan ingatlah bahwa Anda bukan mengundurkan diri, melainkan memajukan diri." Beliau benar, sebab untuk itulah Saya mengambil sikap dan memutuskan untuk berubah. Untuk memajukan diri. Bagaimana dengan Anda?

Apapun yang menjadi target perubahan Anda, alasan Anda untuk berubahlah yang menjadi tolok ukur keberhasilan Anda. Dan salah satu alasan yang tidak boleh Anda tinggalkan, adalah karena Anda telah siap MENERIMA segala konsekuensinya.

Kini Anda telah melakukannya. Maka Anda, memang harus siap menerima. Anda tidak akan bisa menerima, jika alasan Anda untuk berubah telah melenceng kemana-mana. Dan jika itu terjadi, mungkin Anda perlu sekali lagi meng-adjust-nya.

Sikap menerima erat kaitannya dengan penerimaan terhadap diri sendiri dan terhadap diri orang lain. Berikut ini, adalah beberapa hal yang bisa Anda renungkan, dan Anda kaitkan dengan alasan Anda untuk maju dan berubah.

MENERIMA DIRI ADALAH KUNCI SUKSES UNTUK PERUBAHAN

Ingatlah bahwa untuk maju dan berubah, Anda memerlukan stamina. Ingatlah bahwa stamina Anda hanya akan kuat dan bertahan, hanya jika memenuhi dua kondisi:

- Bersyukur jika berhasil;
- Bersabar jika belum berhasil.

Khusus untuk soal bersabar, sikap MENERIMA yang SEIMBANG dengan keterbatasan diri sebagai manusia, adalah hal terpenting yang harus Anda pegang. Anda ingin sukses, tapi suksesnya manusia. Anda ingin mampu berhadapan dengan hambatan dan kendala, tapi yang masih bisa ditolerir manusia. Sikap menerima keterbatasan dengan benar inilah, yang akan menjadikan Anda benar-benar bisa mencapai apapun yang Anda inginkan.

Saat Anda bersikap terlalu 'nrimo', Anda tidak akan pergi ke mana-mana. Anda hanya akan tetap diam atau sekedar berjalan di tempat saja. Saat Anda bersikap tidak bisa atau tidak mau menerima, maka Anda bukan akan bahagia, tapi malah merasa berhadapan dengan malapetaka.

Bagaimana Anda menyikapi lesunya bisnis?
Bagaimana Anda menghadapi rendahnya cash flow?
Bagaimana Anda melihat dan merasakan 'malas'nya orang-orang Anda?
Bagaimana Anda jika kantor yang Anda bangun roboh terkena gempa?
Bagaimana Anda mengakali persaingan bisnis yang makin ketat?

Jika Anda tetap bersikap menerima dengan seimbang, maka sekalipun segala sesuatunya tetap sama, akan selalu ada yang berubah di hari-hari mendatang. Minimal, ya mood Anda tentu saja. Lumayan toh?

Dengan sepenuhnya menerima segala kesulitan, Anda telah membuka diri terhadap segala kemungkinan. Di situlah, Anda akan mulai melihat berbagai kesempatan, yang sebelumnya mungkin terlihat sebagai hambatan. Di tingkat syaraf, Anda telah menciptakan koneksi syaraf yang baru, dan dari situ, akan tercipta berbagai jawaban. Dengan menerima Anda akan menjadi lebih kreatif.

Maka, marilah kita gali lagi berbagai alasan, yang menjadi motivasi kita untuk berubah. Kita mulai saja dari yang salah.

ALASAN SALAH UNTUK MAJU DAN BERUBAH MENCIPTAKAN SIKAP SULIT MENERIMA

Salah Keinginan

Motivasi kita untuk berubah, bisa bersifat negatif atau positif. Perubahan itu, bisa didasarkan pada kepuasan, atau ketidakpuasan.

Orang yang merasa terlalu gemuk, bisa memutuskan untuk berolahraga dan menjadi lebih kurus. Jika ia tidak berhasil mencapainya, ia akan merasa sedih. Sebelumnya, ia merasa sedih, dan sesudahnya ia tetap merasa sedih. Tidak terlalu positif bukan?

Padahal, ia tetap bisa merasa senang dan berbahagia dengan tubuhnya. Ia bisa melakukannya, dengan lebih berfokus pada berbagai hal yang telah dicapainya. Pada hal-hal lain yang ia inginkan dan telah didapatkannya.

Bagaimana dengan ini? Seseorang yang sebenarnya sudah punya tubuh ideal. Ia sangat menyukainya, dan ia ingin rasa senangnya bertambah lagi. Maka, secara sengaja ia mulai menikmati berbagai makanan dan minuman yang bisa menjadikannya lebih gemuk. Ia menikmati sekali berbagai makanan dan minuman yang lezat dan enak di lidah.

Kemudian, ia menyadari bahwa dirinya mulai bertambah gemuk. Lantas ia berpikir, jika ia kembali ke tubuh idealnya, ia akan merasa jauh lebih senang daripada sebelumnya. Ia senang dan berbahagia sebelumnya, dan ia senang serta bahagia setelahnya. Jauh lebih positif bukan?

Kuncinya, adalah memahami KEINGINAN. Apa yang Anda INGINKAN?

Buatlah perubahan di atas dasar apa-apa yang berasal dari dalam.

Salah Kick Start

Alasan salah yang lain untuk berubah, adalah tekanan lingkungan sejawat dan media. Segala hal di sekitar kita mengatakan apa yang SEHARUSNYA kita lakukan, dan bagaimana SEHARUSNYA kita menjadi seseorang. Mencoba untuk memenuhi semua tuntutan itu, hanya akan bermuara pada rasa frustrasi dan penolakan.

Adalah SULIT untuk melakukan apa yang kita HARUS, dan lebih MUDAH melakukan apa yang kita INGIN. Maka, bangunlah kekuatan keinginan Anda. Tanyakan pada diri Anda sendiri, apa yang diinginkannya. Kemudian, kejarlah peningkatan-peningkatan sederhana yang bisa dicapainya.

Salah Pendekatan

Pendekatan Anda juga bisa menciptakan alasan yang salah untuk maju dan berubah. Jika Anda perfeksionis, Anda akan men-set target yang tidak realistik. Dengan begitu, Anda telah mengutuk diri sendiri untuk gagal dan tidak berbahagia. Tujuan Anda adalah self improvement dan bukan self perfection.

Anda tidak akan pernah bisa terbang dengan sayap Anda sendiri, sebab Anda bukan malaikat. Anda hanya bisa melakukannya, dengan sayap pesawat.

Salah Obsesi

Perilaku obsesif juga merupakan alasan yang salah. Sikap obsesif itu disfungsional. Ia mengamputasi. Turun berat badan pasti berbeda dari bulimia atau anorexia nervosa. Yang pertama masih sehat, yang kedua bisa membuat Anda lewat.

Semua pengembangan diri yang Anda jalani, adalah untuk menguasai dan untuk mengerti, bukan untuk membuat Anda sempurna. Sekali lagi, satu-satunya keharusan Anda adalah menyeimbangkan sikap menerima, dengan berbagai keterbatasan yang Anda punya. Anda tidak bisa sekedar 'nrimo', dan Anda juga tidak bisa sekedar 'nggak terima'.

MENERIMA KETIDAKSEMPURNAAN ADALAH SEMPURNANYA MANUSIA

Ingat ini. Di dalam dunia yang sempurna, setiap orang akan sama. Setiap orang terbuat dari plastik, yang dibentuk dengan cetakan kesempurnaan. Setiap orang tidak hidup, karena semuanya seragam. Padahal, hidup adalah keragaman.

Di dalam dunia yang nyata, setiap orang punya kelebihan dan kekurangan. Inilah yang mendefinisikan manusia. Inilah yang menciptakan kepribadian atau personality. Ini jugalah yang memberi Anda peluang, untuk mendemonstrasikan kekuatan, dan mengambil tindakan, ketimbang menjadi takut karena keragaman.

TERIMALAH BAHWA ANDA TELAH SEMPURNA

Jika Anda pikir-pikir, Anda bisa menemukan bahwa kelemahan itu tidak ada, sebab Yang Maha Kuasa telah menciptakan Anda dengan sebaik-baiknya. Anda juga telah dibekali-Nya dengan pedoman yang sempurna. Kelemahan Anda hanya terletak pada kemanusiaan Anda. Dalam "kesempurnaan" dari tidak sempurnanya Anda, apa yang ada adalah peluang untuk menunjukkan kekuatan, karakter dan kepribadian sesuai pedoman-Nya.

Jadi, terima saja segala sesuatu apa adanya. Terimalah dengan penerimaan yang seimbang, dan dengan aktivitas berubah demi kemajuan yang seimbang. Terimalah diri Anda sebagai manusia, yang telah sempurna dengan keterbatasannya.

MENERIMA ORANG LAIN ADALAH KUNCI SUKSES UNTUK PERUBAHAN

Selain alasan berubah yang bersifat pribadi, alasan Anda juga pasti bersifat sosial. Dalam menuntut orang-orang di sekitar Anda untuk berubah sejalan dengan keinginan Anda, Anda harus bisa melihat alasan perubahan mereka, juga dengan kacamata yang benar dan positif. Apapun alasan Anda untuk berubah, selalu mempengaruhi orang lain di sekitar Anda, yang juga mau berubah dan maju menurut versinya. Anda, harus memahaminya.

  1. Ingatlah untuk selalu berusaha meyakinkan orang-orang di sekitar Anda, tentang apa yang Anda inginkan untuk berubah.
  2. Nikmatilah kenyataan bahwa setiap orang di sekitar Anda, membutuhkan pekerjaan yang berarti. Tak ada yang bisa membunuh semangat lebih cepat, dari pada tugas-tugas yang keterlaluan remehnya. Keragaman dan tanggung jawab, akan membuat mereka termotivasi.
  3. Selalulah menyediakan diri, untuk mendengar apa kata orang lain. Berilah mereka penghormatan, dan dengarkan setiap kata yang diucapkan. Jangan hanya diam untuk berpikir dan mencari tahu mengapa mereka salah, atau menebak-nebak apa yang akan mereka katakan selanjutnya.
  4. Pujilah mereka atas upayanya, sekalipun upaya mereka gagal atau tidak sesuai harapan. Jelaskan apa yang perlu lebih baik mereka lakukan di masa mendatang.
  5. Ikutkanlah setiap orang yang cocok dan relevan, dalam proses pengambilan keputusan.
  6. Respeklah pada teman kerja dan bawahan Anda. Pertimbangkanlah pekerjaan dan perasaan setiap orang, seperti Anda melakukannya untuk diri Anda sendiri.
  7. Entah bagaimana hasilnya nanti, selalulah mendorong mereka untuk melakukan yang terbaik, bagi Anda semua dan bagi diri mereka sendiri.

Terimalah orang lain yang juga punya alasan untuk berubah. Sikapilah alasan mereka dengan benar. Silahkan Anda berubah, dan silahkan meraih kemajuan. Seperti juga Anda, orang-orang di sekitar Anda pun menginginkan hal yang sama, yaitu maju dan berubah.

KESIMPULAN

Majulah. Letakkanlah sasaran Anda jauh di luar jangkauan, tapi janganlah pernah sampai tidak kelihatan. Satu hal yang perlu selalu bisa Anda lihat, adalah alasan Anda untuk berubah. Letakkanlah alasan Anda dengan benar, buatlah agar selalu kelihatan.

Berubahlah. Kemudian, terimalah apa saja yang muncul dan terkait dengan perubahan. Terimalah keterbatasan Anda. Keterbatasan sebagai manusia yang telah sempurna.

Berkaitan dengan orang-orang lain di sekitar Anda yang juga ingin berubah, Anda hanya perlu melakukan hal yang cukup sederhana. Anda gabungkan saja huruf-huruf awal dari semua paragraf di atas yang ada nomornya.

Dari situ Anda bisa membacanya: I.N.S.P.I.R.E.

Ikhwan Sopa

Trainer E.D.A.N.

Pola Pikir Orang Kaya

Kiki sedang bingung. Sebenarnya bukan dia yang seharusnya bingung, tapi Erna. Masalahnya, Kiki ikut-ikutan bingung karena dia juga terlibat. Erna sudah sering datang terlambat di kantor. Bukan itu saja. Dia juga sering pulang lebih awal kalau atasan mereka sedang tidak di kantor. Seperti bermain kucing-kucingan deh. Kalau atasan pergi, Erna pulang lebih cepat. Malah, kadang-kadang pada jam makan siang, Erna bisa keluar makan hingga dua jam lamanya. Tapi kalau atasan ada di kantor, Erna tampaknya rajin bekerja.

Kiki dan teman-teman lainnya sebenarnya tidak senang dengan sikap Erna. Mereka sendiri tidak pernah berbuat demikian. Bahkan ada yang sudah bekerja enam tahun lamanya, tapi tidak pernah berbuat seperti Erna. Sulitnya, setiap kali Erna akan terlambat, dia minta tolong teman-temannya agar mewakilinya mengisi buku absensi. Demikian pula ketika dia pulang lebih awal, dia titip absensi. Selain itu, dia selalu bilang:

"Jangan bilang-bilang Bos ya?"

Kiki dan teman-temannya merasa sungkan dan tidak enak sehingga mereka terpaksa diam saja dan tidak melapor ke atasan. Tapi sebenarnya dalam hati kecilnya mereka merasa bersalah dan takut ketahuan atasan juga.

Hari ini, tanpa disangka-sangka, atasan mereka datang ke kantor setelah makan siang. Erna belum kembali dari istirahat makan siang. Ketika atasan menanyakan Erna kemana, Kiki mengatakan Erna sedang makan siang. Tapi setelah hampir pukul dua Erna belum kembali, atasannya bertanya lagi. Kiki bingung. Terpaksa dia menjawab bahwa dia tidak tahu kemana Erna pergi. Ternyata Erna kembali ke kantor pukul dua lebih. Atasan langsung menanyakan Erna dari mana. Sambil terbata-bata Erna mengatakan tadi dia makan siang. Tapi ketika ditanya mengapa sampai demikian lama, dia tidak bisa menjawab.

Merasa ada sesuatu yang tidak wajar, atasan mereka langsung bertanya kepada bagian keamanan yang berjaga di depan kantor. Bagian keamanan mengatakan apa adanya dengan jujur. Dari mereka, akhirnya ketahuan bahwa Erna selalu pergi makan siang hingga dua jam lebih. Dia juga sering datang terlambat dan pulang lebih awal.

Tentu saja atasan marah sekali. Selama ini beliau tidak pernah marah karena memang bukan termasuk orang yang emosional. Tapi dalam kasus ini, mau tak mau beliau marah. Erna dipanggil dan diajak bicara mengenai hal itu. Beliau bertanya mengapa Erna berbuat semacam itu.

"Apakah karena tidak suka bekerja di sana? Atau apa?"

Dengan perasaan bersalah, Erna meminta maaf dan mengaku sebenarnya dia suka bekerja di perusahaan itu. Hanya saja dia memang sering terlambat bangun pagi. Kemudian rumahnya jauh, sehingga kalau dia bisa pulang lebih awal, maka dia tidak perlu bermacet-macet di jalan.

Adapun dia perlu waktu agak lama untuk makan siang karena dia selalu makan siang bersama pacarnya. Tempat makannyapun selalu berpindah-pindah dan agak jauh dari kantor, sehingga dia terlambat tiba di kantor.

Atasannya sangat menyayangkan hal itu. Beliau berpendapat, kalau dari awal sudah tidak suka bekerja di sana, apalagi nanti. Kalau sejak awal bekerja, Erna sudah tidak jujur, bagaimana beliau bisa percaya lagi? Apalagi Erna masih dalam masa percobaan. Belum tiga bulan bekerja. Akhirnya, terpaksa Erna diminta mengundurkan diri.

Setelah itu, Kiki dan teman-teman lain dipanggil atasan. Beliau menanyakan mengapa selama ini tidak ada yang melaporkan masalah Erna kepadanya. Beliau berkata:"Satu hal yang saya paling tidak suka adalah perkataan 'Jangan bilang-bilang Bos', atau 'Bos jangan sampai tahu

Beliau menjelaskan bagi beliau, kepercayaan adalah nomor satu dalam bekerja.

"Saya percaya pada kalian. Saya harap kalian percaya saya dan kalian juga memang bisa dipercaya. Dengan demikian, bekerja menjadi nyaman dan menyenangkan. Hanya orang yang melakukan kesalahan yang akan mengucapkan kata-kata 'Bos jangan tahu'. Hanya orang yang merasa bersalah yang akan merasa takut kalau ketahuan. Selama kita berbuat benar, tidak ada yang perlu ditakuti bukan? Supaya tidak takut, berbuatlah benar dan juga jangan berpihak kepada yang salah."

Betul juga sih, pikir Kiki. Kiki bersyukur. Untung beliau bijaksana. Kiki dan teman-temannya dimaafkan. Tapi kini Kiki dan semua temannya mengerti bahwa selama ini mereka ikut merasa bersalah karena telah ikut melindungi kesalahan Erna. Tanpa sadar, mereka ikut merasa takut ketahuan, padahal yang bersalah bukan mereka semua. Mereka semua hanya menjadi korban perbuatan Erna.

Sekarang, Kiki berniat menghindari ungkapan 'Bos jangan tahu!'. Caranya? Tidak melakukan kesalahan. Kalaupun salah, lebih baik mengaku dan meminta maaf serta berniat mengubahnya. Toh, akhirnya pasti ketahuan juga. Mana ada sih perbuatan buruk yang pada akhirnya tidak ketahuan?

Do the right thing! It will set you free from fear!

Sumber:
Bos Jangan Tahu
Lisa Nuryanti
Director Expands Consulting & Training Specialist

Bos Jangan Tahu

Kiki sedang bingung. Sebenarnya bukan dia yang seharusnya bingung, tapi Erna. Masalahnya, Kiki ikut-ikutan bingung karena dia juga terlibat. Erna sudah sering datang terlambat di kantor. Bukan itu saja. Dia juga sering pulang lebih awal kalau atasan mereka sedang tidak di kantor. Seperti bermain kucing-kucingan deh. Kalau atasan pergi, Erna pulang lebih cepat. Malah, kadang-kadang pada jam makan siang, Erna bisa keluar makan hingga dua jam lamanya. Tapi kalau atasan ada di kantor, Erna tampaknya rajin bekerja.

Kiki dan teman-teman lainnya sebenarnya tidak senang dengan sikap Erna. Mereka sendiri tidak pernah berbuat demikian. Bahkan ada yang sudah bekerja enam tahun lamanya, tapi tidak pernah berbuat seperti Erna. Sulitnya, setiap kali Erna akan terlambat, dia minta tolong teman-temannya agar mewakilinya mengisi buku absensi. Demikian pula ketika dia pulang lebih awal, dia titip absensi. Selain itu, dia selalu bilang:

"Jangan bilang-bilang Bos ya?"

Kiki dan teman-temannya merasa sungkan dan tidak enak sehingga mereka terpaksa diam saja dan tidak melapor ke atasan. Tapi sebenarnya dalam hati kecilnya mereka merasa bersalah dan takut ketahuan atasan juga.

Hari ini, tanpa disangka-sangka, atasan mereka datang ke kantor setelah makan siang. Erna belum kembali dari istirahat makan siang. Ketika atasan menanyakan Erna kemana, Kiki mengatakan Erna sedang makan siang. Tapi setelah hampir pukul dua Erna belum kembali, atasannya bertanya lagi. Kiki bingung. Terpaksa dia menjawab bahwa dia tidak tahu kemana Erna pergi. Ternyata Erna kembali ke kantor pukul dua lebih. Atasan langsung menanyakan Erna dari mana. Sambil terbata-bata Erna mengatakan tadi dia makan siang. Tapi ketika ditanya mengapa sampai demikian lama, dia tidak bisa menjawab.

Merasa ada sesuatu yang tidak wajar, atasan mereka langsung bertanya kepada bagian keamanan yang berjaga di depan kantor. Bagian keamanan mengatakan apa adanya dengan jujur. Dari mereka, akhirnya ketahuan bahwa Erna selalu pergi makan siang hingga dua jam lebih. Dia juga sering datang terlambat dan pulang lebih awal.

Tentu saja atasan marah sekali. Selama ini beliau tidak pernah marah karena memang bukan termasuk orang yang emosional. Tapi dalam kasus ini, mau tak mau beliau marah. Erna dipanggil dan diajak bicara mengenai hal itu. Beliau bertanya mengapa Erna berbuat semacam itu.

"Apakah karena tidak suka bekerja di sana? Atau apa?"

Dengan perasaan bersalah, Erna meminta maaf dan mengaku sebenarnya dia suka bekerja di perusahaan itu. Hanya saja dia memang sering terlambat bangun pagi. Kemudian rumahnya jauh, sehingga kalau dia bisa pulang lebih awal, maka dia tidak perlu bermacet-macet di jalan.

Adapun dia perlu waktu agak lama untuk makan siang karena dia selalu makan siang bersama pacarnya. Tempat makannyapun selalu berpindah-pindah dan agak jauh dari kantor, sehingga dia terlambat tiba di kantor.

Atasannya sangat menyayangkan hal itu. Beliau berpendapat, kalau dari awal sudah tidak suka bekerja di sana, apalagi nanti. Kalau sejak awal bekerja, Erna sudah tidak jujur, bagaimana beliau bisa percaya lagi? Apalagi Erna masih dalam masa percobaan. Belum tiga bulan bekerja. Akhirnya, terpaksa Erna diminta mengundurkan diri.

Setelah itu, Kiki dan teman-teman lain dipanggil atasan. Beliau menanyakan mengapa selama ini tidak ada yang melaporkan masalah Erna kepadanya. Beliau berkata:"Satu hal yang saya paling tidak suka adalah perkataan 'Jangan bilang-bilang Bos', atau 'Bos jangan sampai tahu

Beliau menjelaskan bagi beliau, kepercayaan adalah nomor satu dalam bekerja.

"Saya percaya pada kalian. Saya harap kalian percaya saya dan kalian juga memang bisa dipercaya. Dengan demikian, bekerja menjadi nyaman dan menyenangkan. Hanya orang yang melakukan kesalahan yang akan mengucapkan kata-kata 'Bos jangan tahu'. Hanya orang yang merasa bersalah yang akan merasa takut kalau ketahuan. Selama kita berbuat benar, tidak ada yang perlu ditakuti bukan? Supaya tidak takut, berbuatlah benar dan juga jangan berpihak kepada yang salah."

Betul juga sih, pikir Kiki. Kiki bersyukur. Untung beliau bijaksana. Kiki dan teman-temannya dimaafkan. Tapi kini Kiki dan semua temannya mengerti bahwa selama ini mereka ikut merasa bersalah karena telah ikut melindungi kesalahan Erna. Tanpa sadar, mereka ikut merasa takut ketahuan, padahal yang bersalah bukan mereka semua. Mereka semua hanya menjadi korban perbuatan Erna.

Sekarang, Kiki berniat menghindari ungkapan 'Bos jangan tahu!'. Caranya? Tidak melakukan kesalahan. Kalaupun salah, lebih baik mengaku dan meminta maaf serta berniat mengubahnya. Toh, akhirnya pasti ketahuan juga. Mana ada sih perbuatan buruk yang pada akhirnya tidak ketahuan?

Do the right thing! It will set you free from fear!

Sumber:
Bos Jangan Tahu
Lisa Nuryanti
Director Expands Consulting & Training Specialist

Menjadi Pemenang

Martin Luther King Jr. berkata, "Jadilah tukang sapu jalanan layaknya Michael Angelo melukis atau Shakespeare menulis puisi, sehingga segenap penghuni bumi akan tertegun lalu berujar, Wahai inilah tukang sapu jalan yang melakukan tugasnya dengan baik." Bekerja dengan baik, itulah yang ditempuh banyak orang untuk memetik keberhasilan. Kemmons mencium kebutuhan pelancong akan motel sederhana tapi bersih, Ia pun mendirikan Holiday Inns.

Sam Walton bercita-cita membangun jaringan toko kelontong dengan harga murah dan pelayanan ramah, hasilnya Wal-Mart jaringan pasar swalayan terbesar di AS.

Menjadi orang sukses tak perlu menunggu punya gelar, mulailah sekarang juga.

Pilih hal yang sederhana baru kemudian mengembangkannya. Misalnya, adakah yang lebih sederhana dari menjawab telepon? Tapi berapa orang yang bisa melakukannya dengan baik? Saya harus mewawancarai puluhan pelamar sebelum menemukan seorang resepsionis yang mampu menjawab dan berbicara melalui telepon dengan baik.

Bersungguh-sungguhlah melakukan apapun, entah itu berkebun, berbenah rumah, mencuci, memasak, dll. Bila ada pelayan hotel terbaik di dunia, yang membersihkan kamar hotel sebagai kerja seni; atau juru masak yang mengesankan tamu dgn hidangan sederhana tapi disiapkan dgn lezatnya; atau pramuniaga yang melayani pelanggan seperti melayani orang terpenting di dunia, Saya yakin orang akan berebut mempekerjakan dan membayar mereka dgn gaji tinggi.

Pelajari minat, bakat, dan kemampuan anda. Peluang tidak pernah berujung.

Banyak orang yg tidak kreatif dgn kemampuannya sendiri. Mereka malah mengharapkan kemampuan yg tidak dimiliki, sementara kemampuan sendiri tidak dimanfaatkan. Ini ibarat orang pendek kecil menghampiri kawannya yg tinggi besar, lalu berkata : "Kalau badanku sebesar kamu, akan kurambah gunung, kutangkap beruang terbesar, lalu kurobek-robek badannya." Si besar menatap si kecil sambil tersenyum, "Beruang kecil kan juga banyak di hutan!"

Renungkanlah itu. Anda pernah mengeluh karena tidak mampu mengatasi beruang besar, sementara beruang-beruang kecil yg bisa anda atasi menari-nari di sekitar anda? Kita mesti mau memanfaatkan apa yg kita punyai, di mana kita berada, dan mengambil yg terbaik dari situ. Rahasia yg mengubah orang menjadi pemenang: lakukan hal yg biasa dgn cara yg luar biasa.

Juga harap diingat:

Pemenang selalu mencari jalan untuk menang, sementara pecundang mencari dalih jikalau kalah.

Strategi Meraih Kemenangan

Apakah Anda selalu menganggap diri sendiri sebagai seorang pecundang? Cara mengatasinya, belajarlah menjadi pemenang seperti impian Anda. Jika Anda punya kekuatan untuk menang, Anda dapat mencapai karir dan mimpi-mimpi Anda selama ini. Berikut tipsnya:

1. Kekuatan untuk menang berasal dari pikiran Anda sendiri.

Teddy Roosevelt, mantan presiden AS, berujar, “Seluruh sumber daya yang kita perlukan ada dipikiran.” Anda telah memiliki segala yang diperlukan untuk jadi seorang pemenang.

2. Yakinlah pada diri Anda.

Tanpa kegagalan, Anda harus yakin bahwa Anda dapat mencapai tujuan dalam hidup ini. Jika tak yakin memilikinya, maka Anda tidak akan mencapainya.

3. Ketahuilah sesuatu yang membuat Anda bahagia.

Jika Anda adalah orang yang senang berada ditengah orang banyak sementara Anda bekerja disebuah gudang penyimpanan, silahkan Anda memikirkan kembali pilihan karir Anda.

4. Evaluasi talenta Anda dengan jujur.

Jika Anda tidak tahu kekuatan dan hal-hal apa saja yang perlu ditingkatkan, Anda mungkin saja salah menilai pekerjaan yang tepat untuk Anda. Mungkin saja Anda yakin memiliki kemampuan untuk melayani konsumen dengan baik, tapi bos dan mitra kerja menilai Anda butuh berlatih lagi.

5. Jangan biarkan latar belakang menentukan masa depan Anda.

Jika pengalaman kerja Anda tidak terlalu mulus, jangan biarkan hal ini mempengaruhi prospek karir Anda. Bila Anda telah memiliki tujuan, fokuslah pada hal ini. Jangan terpaku pada sindroma ‘saya ini orang malang’ jika tidak berhasil mencapai sukses.

6. Ikuti teknik visualisasi cepat ini: gambarkan diri Anda tengan berlari dengan tim sepak bola.

Bayangkan gawang adalah tujuan karir atau keinginan pribadi Anda. Bayangkan pula diri Anda yang berhasil menggolkan bola ke gawang lawan.

7. Kekuatan untuk menang adalah ditangan Anda.

Tidak ada seorang pun yang dapat menyerahkan kesuksesan itu pada Anda. Andalah yang harus mewujudkan itu. Melakukan sesuatu adalah satu-satunya cara untuk mencapai tujuan.

(Harian Umum Republika, Rabu 28 mei 2003)

Berani Mencoba

Alkisah, seorang pembuat jam tangan berkata kepada jam yang sedang dibuatnya.

"Hai jam, apakah kamu sanggup untuk berdetak paling tidak 31,104,000 kali selama setahun?"

"Ha?," kata jam terperanjat, "Mana sanggup saya?"

"Bagaimana kalau 86,400 kali dalam sehari?"

"Delapan puluh ribu empat ratus kali? Dengan jarum yang ramping-ramping seperti ini?" jawab jam penuh keraguan.

"Bagaimana kalau 3,600 kali dalam satu jam?"

"Dalam satu jamharus berdetak 3,600 kali? Banyak sekali itu" tetap saja jam ragu-ragu dengan kemampuan dirinya.

Tukang jam itu dengan penuh kesabaran kemudian bicara kepada si jam.

"Kalau begitu, sanggupkah kamu berdetak satu kali setiap detik?"

"Naaaa, kalau begitu, aku sanggup!" kata jam dengan penuh antusias.

Maka, setelah selesai dibuat, jam itu berdetak satu kali setiap detik. Tanpa terasa, detik demi detik terus berlalu dan jam itu sungguh luar biasa karena ternyata selama satu tahun penuh dia telah berdetak tanpa henti. Dan itu berarti ia telah berdetak sebanyak 31,104,000 kali.

Renungan :
Ada kalanya kita ragu-ragu dengan segala tugas pekerjaan yang begitu terasa berat. Namun sebenarnya kalau kita sudah menjalankannya, kita ternyata mampu. Bahkan yang semula kita
anggap impossible untuk dilakukan sekalipun. Jangan berkata "tidak" sebelum Anda pernah mencobanya.

Kata Bijak :

Ada yang mengukur hidup mereka dari hari dan tahun. Yang lain dengan denyut jantung, gairah, dan air mata. Tetapi ukuran sejati di bawah mentari adalah apa yang telah engkau lakukan dalam hidup ini untuk orang lain.

Sukses Adalah Pilihan Hidup

Suatu hari anak saya memilih beberapa jenis permainan puzzle, semacam permainan menggabung-gabungkan potongan-potongan gambar. Anak saya kemudian memilih jenis puzzle yang terdiri dari 1.000 keping potongan gambar. Setelah menentukan pilihan, mulailah ia melaksanakan langkah-langkah menyusun keping demi keping puzzle.

Rupanya ia mempunyai strategi menyusun kepingan-kepingan gambar itu. Mula-mula ia membuat kerangka gambar. Kemudian ia mengelompokkan kepingan-kepingan itu berdasarkan warnanya. setelah itu barulah ia menyusun atau meletakkan kepingan-kepingan tersebut pada tempat yang semestinya. Semakin banyak kepingan permainan itu, maka akan semakin sulit dikerjakan.

Sebenarnya ia bisa saja memilih jenis permainan puzzle yang terdiri dari 5 keping, 6, keping dan seterusnya. Tetapi anak saya sengaja memilih permainan yang terdiri dari ribuan keping. Ia beralasan bahwa semakin sulit permainan akan menghasilkan gambar yang lebih berwarna, bernuansa indah, dan lain sebagainya.

Selain memperhatikan anak saya bekerja menyusun potongan gambar itu, saya juga sibuk berpikir. Jika tanggung jawab hidup semakin besar, mungkin kehidupan ini terasa lebih berat. Namun bila tanggung jawab tersebut dapat diselesaikan dengan baik, maka kehidupan inipun akan terasa lebih berarti, menyenangkan, berwarna dan nikmat.

Hakekat pencapaian kesuksesanpun tidak berbeda. Sama seperti yang dikatakan oleh Dwight D. Eisenhower.

"The history of free men is never written by chance but by choice, their choice. - Sejarah seorang manusia merdeka tidak pernah tercipta secara kebetulan, melainkan tercipta karena pilihan mereka sendiri," katanya.

Hakekat kesuksesan adalah pilihan kita sendiri.

Terserah diri kita, akan memilih tanggung jawab hidup yang lebih besar ataukah sedikit? Jika mengambil tanggung jawab yang besar, maka kehidupan akan terasa lebih sulit tetapi mendapatkan nilai hidup yang lebih besar. Apakah kita ingin mendapatkan kehidupan yang sukses dan berharga? Jika Anda benar-benar menginginkannya, ada empat
tanggung jawab yang paling mendasar dan menjamin keberhasilan Anda.

Tanggung jawab yang pertama adalah bersikap jujur. Orang-orang yang tulus dan jujur sangat mudah meraih kesuksesan bagi dirinya sendiri sekaligus orang lain. Mengapa demikian? Karena sikap jujur menjadikan kita mudah dipercaya orang lain. Selain itu, kita juga akan semakin percaya diri berusaha mencapai sukses di masa depan. Sebuah pepatah bijak mengatakan,

"Confidence is the companion of success. - Percaya diri merupakan pasangan dari kesuksesan."

Tanggung jawab selanjutnya untuk mendapatkan kehidupan yang lebih sukses dan bermakna adalah kemauan untuk berbagi dengan orang lain.

Sadari satu prinsip bahwa `you reap what you sow' - Anda akan memanen apa yang Anda tanam. Jika Anda memilih untuk hidup lebih sukses, maka jangan pernah membiarkan diri Anda pelit untuk berbagi dengan sesama.

"False happiness renders men stern and proud, and that happiness is never communicated. True happiness renders kind and sensible, and that happiness is always shared. - Kebahagiaan semu cenderung menjadikan seseorang kejam dan sombong, dan kebahagiaan seperti itu tidak akan pernah berarti. Kebahagiaan yang sesungguhnya menjadikan seseorang baik hati dan peka, dan kebahagiaan seperti itu yang akan sangat berharga dan bermakna tidak saja untuk diri sendiri," kata Charles de Montesquieu.

Jika Anda berkeras untuk memilih kehidupan yang lebih sukses, maka tanggung jawab yang harus Anda laksanakan berikutnya adalah giat bekerja. Sejarah lebih banyak membeberkan fakta bahwa upaya yang bersungguh-sungguh selalu mewarnai dinamika kehidupan mayoritas orang-orang sukses di dunia ini. Bila Anda berkomitmen untuk bekerja keras berarti Anda sudah memastikan pada pilihan kehidupan yang lebih sukses.

Giat dalam arti mengerjakan pekerjaan yang benar, bukan pekerjaan yang kita sukai.

Socrates mengatakan bahwa sesuatu yang sangat berharga bukan hal yang hanya bisa kita gunakan untuk hidup, melainkan untuk hidup dengan benar. "What most counts is not to live, but to live aright," katanya. Bila Anda memilih untuk melakukan hal-hal yang benar, berarti Anda sudah memilih kehidupan yang sukses dan penuh integritas.

Sukses atau gagal adalah hasil dari apa yang kita pilih.

"Events, circumstances, etc., have their origin in ourselves. They spring from seeds which we have sown. - Setiap kejadian, keadaan yang sedang kita alami, dan lain sebaginya..., kembali kepada diri kita sendiri. Semua itu berasal dari benih yang sudah kita tanam," kata Henry

David Thoreau. Apakah Anda memilih untuk hidup sukses, bahagia, dan bermakna dengan melaksanakan tanggung jawab seperti yang diuraikan diatas, ataukah sebaliknya? Semua pilihan ada di tangan Anda sendiri.

Sumber: Sukses adalah Pilihan Hidup oleh Andrew Ho. Andrew Ho adalah penulis buku-buku best seller, seorang motivator, dan pengusaha.

Berani Hidup

One isn't necessarily born with courage, but one is born with potential.
Without courage, we cannot practice any other virtue with consistency.
We can't be kind, true, merciful, generous, or honest.
~Maya Angelou

Be a warrior, not a worrier.
~Jennie S. Bev

Banyak lagu di Indonesia yang bertemakan kesedihan dan kenestapaan. Betapa kasihannya diriku karena aku orang miskin dan tidak punya. Ayah juga tidak punya, Ibunda juga tiada. Istri juga belum punya, apalagi anak. Rumah juga hanya terbuat dari bilik saja dan bepergian ke mana-mana naik bis kota yang sumpek dan berbau keringat. Seringkali dihina pula. Ah, betapa aku orang yang sungguh perlu dikasihani. Aku segan hidup, tapi belum mau mati.

Apa yang tersirat di dalam lirik seperti itu? Kurangnya keberanian untuk hidup. Kurangnya rasa syukur yang dalam akan makna hidup yang sebenarnya. Sudah diberi hidup untuk hari ini, masih juga mempermasalahkan kemiskinan dan tidak punya ini dan itu. Padahal, cukup dengan modal "hidup" saja, masalah kemiskinan dan tidak punya pasangan hidup bisa dicari sendiri pemecahannya. Pendapat seperti ini banyak membuat hati saya tidak enak, karena seakan-akan tidak bersyukur sama sekali akan harta tidak ternilai, yaitu kehidupan yang diberikan kepada kita karena kita begitu istimewa di mataNya.

Kekhawatiran luar biasa membebani setiap langkah yang diambil di dalam hidup. Ini sangat tidak baik. Kegalauan hati juga memberi warna kelabu, apalagi ketidakberanian untuk mengubah diri. Dengan mempercayai bahwa diri kita lemah dan tidak berdaya, maka alam bawah sadar kita sungguh percaya bahwa kita itu lemah dan tidak berdaya. Jadilah di dalam benak hanya ada satu yang dicari-cari: rasa belas kasihan bagi diri kita, yang datang baik dari luar maupun dari dalam diri.

Mungkin Anda sekarang berpikir, "Ah, Ibu Jennie ini bisa saja, karena dia toh tidak pernah merasakan naik bis kota. Dia kan ke mana-mana naik mobil mewah dan makan di hotel berbintang lima." Eit, nanti dulu. Ketika saya kuliah di Depok, saya memang mempunyai pilihan untuk diantar jemput oleh sopir pribadi maupun naik bis kota karena orang tua mampu membiayai, walaupun mungkin dengan sangat pas-pasan. Yang mana pilihan saya, menurut Anda? Naik bis kota setiap hari. Aneh bukan?

Waktu itu belum ada bis Patas ber-AC, sehingga mau tidak mau saya naik bis dari Sarinah ke Pancoran, terus dari Pancoran ke Pasar Minggu, dan dari Pasar Minggu baru ada mobil unyil ke Depok. Turun di Margonda yang masih belum sepenuhnya beraspal saat itu, saya jalan kaki di tanah yang kadang-kadang becek di kala musim hujan dan selalu berlumpur tanah merah sepanjang tahun. Repot sekali karena berarti celana jins dan sepatu kets saya mesti dicuci begitu tiba di rumah, kalau tidak ya tanah merahnya akan menempel permanen nodanya.

Selama perjalanan di dalam bis, tidak jarang saya mengalami hal-hal yang memalukan dan diolok-olok karena tinggi tubuh saya yang 172 sentimeter, sangat jangkung untuk ukuran Indonesia. Belum lagi wajah saya yang sangat "amoy" itu. Hal-hal rasis dan olok-olok yang tidak-tidak karena fisik saya sudah menjadi makanan sehari-hari. Paling tidak pasti ada sinar mata penuh rasa ingin tahu yang saya terima setiap hari dari sesama para penumpang. Untunglah karena saya langganan setiap hari, para supir dan kenek bis sudah kenal dengan si "amoy jangkung" ini. Hal-hal begini sudah membuat saya "kebal" juga akhirnya.

Saat itu pernah terbesit di benak saya, betapa sesungguhnya saya sangat berbeda dari orang kebanyakan. Jika dituliskan lagi mendayu-dayu ala dangdut maupun pop sendu Indonesia, mungkin ada lirik begini, "Betapa malangnya nasibku, ayah tidak punya, ibunda hidup susah kerja sendirian. Belum lagi tampangku Cina dan tinggiku seringkali mentok di dalam Metro Mini. Aku hidup susah, semua orang melihatku aneh dan berbeda dari orang lain." Lucu dan "kasihan banget" bukan?

Eh, anehnya, tidak pernah satu kalipun saya merasa demikian. Malah kalau terdengar lagu-lagu mendayu, hati ini rasanya geli sekali. Tidak jarang saya tertawa terbahak-bahak mendengar hal-hal yang "mengasihani diri sendiri." Mengapa? Karena di dalam benak saya, setiap hari haruslah menjadi hari yang lebih baik daripada kemarin. Dan ini tidak bisa di dapat dengan memanjakan diri bahwa "aku ini orang yang perlu dikasihani."

Seperti billionaire philanthropist terkenal James Stowers pendiri American Century Investments pernah berkata, "If you don't think tomorrow is going to be better than today, why get up? You've got to believe each new day is going to be better, and you have to be determined to make it so. If you are determined, then certainlyl... the best is yet to be." Jika Anda tidak yakin bahwa hari esok akan lebih baik, mengapa bangun pagi? Anda harus percaya bahwa setiap hari baru akan menjadi lebih baik dari kemarin dan Anda mesti usahakan untuk menjadikannya demikian. Keyakinan Anda akan menjadikannya yang terbaik, jauh lebih baik.

Beberapa waktu lalu, pemerintah Indonesia memberikan label "desa miskin" untuk desa-desa yang mempunyai income level di bawah garis kemiskinan. Saya sendiri kalau diizinkan untuk berkomentar sedikit, tapi mudah-mudahan tidak dianggap asbun ya. Bukankah sebaiknya ditulis "desa yang sedang membangun dengan semangat besar menuju masa depan yang lebih cerah lagi." Untuk singkatnya, ya "desa membangun" saja. Bagaimana efeknya ketika dibaca? Memberi semangat keberanian untuk maju, bukan? Mudah-mudahan saja label "desa miskin" seperti ini sudah ditiadakan saat ini. Saya doakan. Namun siapalah saya ini memberi masukan seperti ini.

Nah, keberanian untuk hidup berarti juga tidak mengasihani diri sendiri sama sekali. Berani hidup berarti berani menanggung kesulitan hidup karena mempunyai kepercayaan diri yang besar bahwa semuanya pasti bisa diatasi. Setiap hari adalah hari baru yang pasti lebih baik daripada hari kemarin. Kalau begitu, apa lagi yang perlu dikhawatirkan? Mari kita mentertawai kekhawatiran dan ketakutan.


Jennie S. Bev
Penulis, pengusaha, dan edukator asal Indonesia yang sukses di Amerika Serikat.

Berani Gagal

PERNYATAAN John. F. Kennedy ini saya yakini kebenarannya. Itu bukan sekedar retorika, tetapi memang sudah terbukti dalam perjalanan hidup saya. Gagal total itulah awal karier bisnis saya.

Pada akhir 1981, saya merasa tak puas dengan pola kuliah yang membosankan. Saya nekad meninggalkan kehidupan kampus. Saat itu saya berpikir, bahwa gagal meraih gelar sarjana bukan berarti gagal dalam mengejar cita-cita lain. Di tahun 1982, saya kemudian mulai merintis bisnis bimbingan tes Primagama, yang belakangan berubah menjadi Lembaga Bimbingan Belajar Primagama.

Bisnis tersebut saya jalankan dengan jatuh bangun. Dari awalnya yang sangat sepi peminat - hanya 2 orang - sampai akhirnya peminatnya membludak hingga Primagama dapat membuka cabang di ratusan kota, dan menjadi lembaga bimbingan belajar terbesar di Indonesia.

Dalam kehidupan sosial, memang kegagalan itu adalah sebuah kata yang tidak begitu enak untuk didengar. Kegagalan bukan sesuatu yang disukai, dan suatu kejadian yang setiap orang tidak menginginkannya. Kita tidak bisa memungkiri diri kita, yang nyata-nyata masih lebih suka melihat orang yang sukses dari pada melihat orang yang gagal, bahkan tidak menyukai orang yang gagal.

Maka, bila Anda seorang entrepreneur yang menemui kegagalan dalam usaha, maka jangan berharap orang akan memuji Anda. Jangan berharap pula orang di sekitar anda maupun relasi Anda akan memahami mengapa Anda gagal.

Jangan berharap Anda tidak disalahkan. Jangan berharap juga semua sahabat masih tetap berada di sekeliling Anda. Jangan berharap Anda akan mendapat dukungan moral dari teman yang lain. Jangan berharap pula ada orang yang akan meminjami uang sebagai bantuan sementara. Jangan berharap bank akan memberikan pinjaman selanjutnya.

Mengapa saya melukiskan gambaran yang begitu buruk bagi seorang entrepreneur yang gagal? Begitulah masyarakat kita, cenderung memuji yang sukses dan menang. Sebaliknya, menghujat yang kalah dan gagal. Kita sebaiknya mengubah budaya seperti itu, dan memberikan kesempatan kepada setiap orang pada peluang yang kedua.

Menurut pengalaman saya, apabila orang gagal, maka tidak ada gunanya murung dan memikirkan kegagalannya. Tetapi perlu mencari penyebabnya. Dan justru kita harus lebih tertantang lagi dengan usaha yang sedang kita jalani yang mengalami kegagalan itu. Saya sendiri lebih suka mempergunakan kegagalan atau pengalaman negatif itu untuk menemukan kekuatan-kekuatan baru agar bisa meraih kesuksesan kembali.

Sudah tentu, kasus kegagalan dalam bisnis maupun dunia kerja, saat krisis ekonomi kian merebak dan bertambah. Ribuan orang terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dan kehilangan mata pencahariannya. Sungguh ironis, seperti halnya kita, suka atau tidak suka, setiap manusia pasti akan mengalami berbagai masalah, bahkan mungkin penderitaan.

Bagi seorang entrepreneur, sebaiknya jangan sampai terpuruk dengan kondisi dan suasana seperti itu. Kita harus berani menghadapi kegagalan, dan ambil saja hikmahnya (kejadian dibalik itu). Mungkin saja kegagalan itu datang untuk memuliakan hati kita, membersihkan pikiran kita dari keangkuhan dan kepicikan, memperluas wawasan kita, serta untuk lebih mendekatkan diri kita kepada Tuhan. Untuk mengajarkan kita menjadi gagah, tatkala lemah. Menjadi berani ketika kita takut. Itu sebabnya mengapa saya juga sepakat dengan pendapat Richard Gere, aktor terkemuka Hollywood, yang mengatakan bahwa kegagalan itu penting bagi karier siapapun.

Mengapa demikian? Karena selama ini banyak orang membuat kesalahan sama, dengan menganggap kegagalan sebagai musuh kesuksesan. Justru sebaliknya, kita seharusnya menganggap kegagalan itu dapat mendatangkan hasil. Ingat, kita harus yakin akan menemukan kesuksesan di penghujung kegagalan.

Ada beberapa sebab dari kegagalan itu sendiri. Pertama, kita ini sering menilai kemampuan diri kita terlalu rendah. Kedua, setiap bertindak, kita sering terpengaruh oleh mitos yang muncul di masyarakat sekitar kita. Ketiga, biasanya kita terlalu "melankolis" dan suka memvonis diri terlebih dahulu, bahwa kita ini dilahirkan dengan nasib buruk. Keempat, kita cenderung masih memiliki sikap, tidak mau atau tidak mau tahu dari mana kita harus memulai kembali suatu usaha.

Dengan mengetahui sebab kegagalan itu, tentunya akan membuat kita yakin untuk bisa mengatasinya. Bila kita mengalami sembilan dari sepuluh hal yang kita lakukan menemui kegagalan, maka sebaiknya kia bekerja sepuluh kali lebih giat. Dengan memiliki sikap dan pemikiran semacam itu, maka akan tetap menjadikan kita sebagai sosok entrepreneur yang selalu optimis akan masa depan. Maka, sebaiknya janganlah kita suka mengukur seorang entrepreneur dengan menghitung berapa kali dia jatuh. Tapi ukurlah, berapa kali ia bangkit kembali.


Purdi E Chandra

Belajar Dari Sumirah

Silakan diambil manfaatnya.

Menjadi tukang pijat belumlah cukup. Sumirah nyambi jadi tukang sol sepatu, penjahit, dan pekerja pabrik. Sebagian hasil keringatnya itu ia gunakan untuk membangun madrasah, masjid, musala, dan mengurus anak yatim.

Ternyata, beramal tidak harus menunggu kaya.

Penolakan halus langsung diucapkan Sumirah, pimpinan Panti Asuhan Yatim Piatu Amanah, Rungkut, Surabaya saat akan diwawancarai Surya untuk tulisan ini.

"Saya ini apalah mbak, kok pakai diwawancarai. Masih banyak yang lebih bagus, lebih pintar dan lebih hebat", elaknya saat ditemui di Panti Asuhan Amanah sekaligus rumahnya di Jalan Pandugo Gg II Nomor 30 B, Rungkut, Senin (15/9) lalu.

Secara materi, Sumirah memang belum bisa dibandingkan dengan pengusaha sukses. Namun kekayaan hati Sumirah mungkin hanya dimiliki segelintir orang di abad ini.

Perempuan kelahiran 3 April 1965 ini tak cukup mengelola panti asuhan. Ia mendirikan madrasah, masjid, dan musala di kampungnya, Pacitan. Mungkin juga sulit dipercaya, Sumirah menghidupi anak-anak yatim dengan menjadi tukang pijat panggilan.

Rasa empati Sumirah sudah terpupuk sejak kecil. Ia terbiasa bergaul dengan anak-anak yatim asuhan almarhum Atmorejo, ayahnya. Saat itu ada 100 anak yatim dan anak-anak lain yang berlatih ilmu kanuragan (kebatinan) di rumah. Mereka semua? tinggal di rumah,・kata ibu lima anak ini.

Secara materi Sumirah kecil tercukupi, namun didikan ayahnya tidak membuatnya manja. Bahkan, sejak kelas II SD dia sudah menjadi tukang pijat alternatif, warisan keahlian turun temurun. Duitnya 'ditabung' di musala di Desa Kembang, Kecamatan Pacitan.

Saat itu saya masih ingat nasihat ayah.

"Kalau kamu punya rezeki, 50 persen untuk kamu dan 50 persen lagi untuk musala. Pasti rezeki itu akan barokah", kenangnya.

Pesan almarhum ayahnya terus diingat Sumirah. Setiap rupiah dihasilkan, selalu disisihkan untuk musala. Begitu pula ketika orderan memijat merambah hingga Madiun, bahkan Semarang.

Saat SMP, Sumirah dan kakaknya hijrah ke Jakarta. Di kota megapolitan ini Sumirah tidak tertarik mencicip pekerjaan lain. Ndilalah, kemampuan memijatnya tersohor hingga ke Jawa Barat. Pada 1986, Sumirah dan suami mencari peruntungan di Surabaya. Di kota ini, selain tetap memijat, ia bekerja di pabrik PT Horison Sintex (sekarang Lotus). Ia hanya masuk pabrik hari Selasa, Rabu, dan Kamis.

Namun dua profesi itu belum cukup. Merasa waktunya masih senggang, Sumirah mencari pekerjaan sampingan. Ia menjadi tukang sol sepatu, menjahit baju, dan tukang keriting rambut.

"Karena pekerjaan banyak, rata-rata saya hanya tidur dua jam sehari. Mijat saja sehari hingga 20 kali", akunya sambil tersenyum.

Kerja keras itu impas dengan hasilnya. Sehari, tidak kurang ia mengantongi Rp 2 juta. Namun limpahan uang itu tidak membuatnya mabuk. Uang itu dialirkan untuk membangun madrasah, musala-musala, dan masjid di desanya. Sumirah enggan menyebut nama-nama musala itu. nanti saya ndak di-ridhoi kalau pamer,・tukasnya.

Suatu ketika, Sumirah pulang kampung. Jalan di desanya tidak bisa dilewati karena rusak berat. Prihatin, ia dan suaminya mem-paving seluruh jalan itu. Walhasil, rencana naik haji seketika batal karena simpanan Rp 60 juta habis untuk ongkos paving.

"Saya tidak pernah menyimpan uang di bank. Bukan apa-apa, tapi karena tanda tangan saya tidak pernah sama. Itu tentu tidak boleh kan?," katanya.

Hidup Sumirah teruji saat dia melihat banyak anak telantar di sekitar kampungnya. Dia nekat menampung 54 anak yatim itu di rumahnya yang berukuran 2,5 meter x 13 meter. Sebagian dari mereka saya kos-kan di depan rumah. Saya sewa tiga kamar,・katanya.

Masalah datang ketika anak asuhnya ndableg dengan menghabiskan air dan sabun milik ibu kos. Sekitar pukul 21.00 WIB, anak-anak itu diusir.

"Mereka saya tampung di rumah saya. Jadi, mereka tidur sambil duduk", kata Sumirah.

Esoknya, Sumirah mencari kontrakan untuk mereka. Tawaran kontrakan Rp 4 juta ditolak karena Sumirah tak punya duit. Di tengah kesulitan, ia berdoa. Mendadak ada semacam dorongan untuk menghubungi Pak Triyono, dermawan dari Barata Jaya. Sumirah kaget, Pak Triyono memberinya zakat maal (zakat kekayaan) sejumlah Rp 4 juta.

"Agar tidak mengganggu penduduk kampung, pagi-pagi sekali kami pindahan", katanya.

Panti Asuhan Amanah, kini menampung 60 anak yatim, dibangun Sumirah tahun 1996. Mereka kanak-kanak hingga remaja. Belum lama ini Sumirah mengasuh balita yang ditinggal mati bapaknya. Amelia, balita itu, sekarang berumur sembilan bulan.

"Oh ya, Saya sudah menikahkan 13 anak sini, 16 Oktober 2008 nanti saya mantu lagi", ujarnya dengan mata berbinar.

Untuk mencukupi hidup anak asuhnya, Sumirah tidak mengandalkan bantuan donatur yang sebagian adalah pelanggan pijatnya. Selepas subuh, anak yatim itu berdagang kelapa kupas, sayuran, dan bumbu. Sumirah dan suami juga membuka toko kelontong.

Mengakhiri kisahnya, Sumirah sempat bilang,

"Pergunakanlah mata hati. Banyak orang pintar yang belum tentu mengerti".

Sumber: Surya Online

Jumat, 26 September 2008

How To Become Star at Work

The only way you will ever truly succeed in this new knowledge-based economy is to become a star at work, that is, an individual who stands far above the crowd and one who is totally unique in a world where most people are trying to be more alike. The moment you make a deep commitment to becoming a star at work and burning all your bridges to the person that you once were, your life will change in an unmistakable way. The day you decide to start acting like the person you were destined to become is the day that you begin to tap into the wellspring of human talents that will lead you to your own form of personal greatness.

These are not the simple musings of yet another professional thinker spouting hackneyed euphemisms in the hope that one day someone will take note. These are the hard, cold facts of life - and they have been so for hundreds of years. And to deny them and continue living a life of complacency is to abandon your duty to do something special with your life.

As Ashley Montagu observed: “The deepest personal defeat suffered by human beings is constituted by the difference between what one was capable of becoming and what one has in fact become.”

To become a star at work and to start seizing some of the matchless opportunities that are out there in what I believe to be the most exciting time in the history of humanity, you first need to make the decision to raise the standards that you will work and live by commit to living by a benchmark far higher than anyone would have the right to expect from you. Take a good hard look at the way you spend your days and ask yourself whether your agenda reflects your priorities. If there is an incongruity between the activities you invest your energies in and the values you hope to live by, you have a problem and need to make some immediate course corrections. For example, if your goal is to have a meaningful and rewarding work experience but you devote your days spinning your wheels on mundane tasks that never advance your professional goals, you need to do refocus yourself on the things that truly count. If a rich and happy family experience is high on your list of life priorities but you have not been to your son’s soccer game in a year and you cannot remember the last time you sat down to do homework with your daughter, you need to sharpen your pencil and rework your schedule. The facts never lie and the activities of your schedule will ultimately reflect the quality of your life.

The next step in becoming a star at work is to dedicate yourself to becoming “a person of action”. In life there are three types of people. First are those that make things happen. Second are those that watch things happen. And third are those people who wake up one day, at then end of their lives, and ask “What Happened?” Today, make a firm decision to join the first group - the group of human beings who have decided that life is a gift and every day is a new opportunity to learn, grow and contribute.

As you go through this day, look for opportunities to bring a sense of excellence and mastery to your work. What little thing could you do over the next few hours to build relationships at work or make your clients say “Wow?” What mental attitudes could you adopt to reframe what is negative into positive and rekindle that enthusiasm that you had when you were just a kid? What simple gestures of decency could you do to show your teammates that you care and are committed to showing leadership in a world where real leaders are few and far between? As I wrote in my latest book “Who Will Cry When You Die?”: “the smallest of actions is always better than the noblest intentions,” and today is your chance to make a difference. “There’s nothing really difficult if only you begin.

Some people contemplate a task until it looms so big it seems impossible but I just begin and it gets done somehow. There would be no coral islands if the first bug sat down and began to wonder how the job was to be done,” noted John Shaw Billings.

Here are seven more things you can do over the next 10 days to become a star at work:

  • Take your hero to lunch. Find someone who has created the kind of professional and personal life that you want and have the courage to take them out to lunch. If there is an author you admire and she lives in your city, pick up the phone and ask for a meeting. If you just read an inspiring article about someone who had turned adversity into advantage and you know you can learn from him, send out an e-mail and open up the lines of communication. In this new knowledge economy, the person who learns the most wins. Learn from heroes.
  • Set “learning goals.” Most wise performers on the playing field of business set career, financial and personal goals but few set specific learning goals. For this year, I have set clear objectives as to how many books I will read, how many seminars I will attend and how many personal growth retreats I will visit. I also try and set a daily learning quota of three new things every day to keep me stimulated and excited about my work as a professional speaker and leadership coach.
  • Become indispensable. While working at a major league legal firm after I had completed law school, I asked one of the senior partners what one had to do in order to become successful at this firm. His response has never left me and has been exceedingly helpful. “Robin,” he said, “the real secret of success is to be so good at what you do that this firm will not be able to run without you. Be so good at what you do that you are the first person that we all think of when we need advice. Be so good at what you do that you become indispensable. Then your success will be assured.” So my challenge to your is this: pick your best three talents - 3 core competencies that you have that truly make you special - and then commit to refining them over the coming twelve months until they set you apart from the crowd. Make a personal vow that you will become so good at your professional craft that you become indispensable to your team and to your organization as a whole. Then watch your career soar
  • Make time to think. It is a strange paradox of the frenzied age that we live in that we have become so busy that we do not even have time to think about the things that we are so busy about. We spend our days on projects that need to get done and in meetings that need to be attended. We spend our evenings with people we need to meet and doing activities that need to be completed. But let me ask you? When was the last time you went for a solitary walk in the woods and deeply reflected on the way you are working and living? When was the last time you took a few hours to gain some real clarity into where you want to be professional and personally five years from now? Henry David Thoreau said: “It is not enough to be busy, so are the ants. The question is what are you so busy with?” Carve out at least one hour every week for some serious reflection, introspection and self-examination so that you will keep learning from your weeks.
  • Start a reading group at work. If you want to be a leader, you must first become a reader. Knowing how to read and not doing so puts you in precisely the same position as someone who cannot read. We live in an age where ideas - not bricks and mortar - are the currency of success. One idea, well executed, can transform your team, your culture and your entire organization. One idea, read in a single book, can reshape your thinking processes, transform your character or renew your health. Here’s the thing: you just don’t know which book contains that one idea that will revolutionize your life. But believe me, it is out there. And it is waiting for you. Read daily and ensure those around you to do the same. The company that learns together stays together.
  • Look like a star. Get serious about physical mastery. Commit to being in peak shape so you increase your energy levels and enhance your stamina. Rekindle that healthy glow that comes from running or swimming or going for a brisk walk at lunch. And make the time to dress and conduct yourself in a way that conveys your commitment to excellence, not only in business but in life.
  • Think contribution. We all have a deep human hunger to be a part of something larger than ourselves. We all carry within us a core craving to do something important in our work lives and know that, at the end of the day, our energies have been invested in activities that have added value to the world and made a difference in people’s lives. Begin to see the higher meaning of the work that you are doing and stay focused on adding value to others. As the 13th Century philosopher Rumi said: “When you are dead, seek for your resting place not in the earth but in the hearts of men.”
Source : http://coach.monster.ca/11032_en-CA_pf.asp

Faith, Belief And Knowing

In every great book there are countless stories of men and women who had great purpose and high ideals; they worked toward and reached incredible goals. Time after time these people came up against obstacles or circumstances that would destroy the average person. These people would find themselves in situations that appeared devastating - they might have lost fortunes, loved ones or possibly had to battle some great physical problem but they never appeared to waiver; it seemed as if nothing could stop them.

You very likely can think of a number of people you know personally or know of, who might be Giants when it comes to producing in your industry.

The record of history in sports is filled with great examples.

What made these people Great was their Belief or Faith - it was unshakable. No one and nothing could disturb or destroy their Faith.

It could very easily appear as if some emotional or capricious God has singled out, reached out and touched these individuals and caused them to do such great things.

Everyone, including YOU, has been touched, blessed, endowed with the tools. You must develop a belief or faith based on understanding, just as these people did for themselves. Their faith was not blind, the bind that is easily shattered like fine crystal with the first knock that comes along. Their faith had a strong foundation based on understanding.

These people are often referred to as being in the spirit, and it is not difficult for them to Believe or have Faith, because they KNOW. They know they can do whatever they visualize. They know they are a dynamic, creative being. They choose the vision and they let God do the work, with and through them.

Recent Entries

What Is Motivation

Motivation is the drive to want to succeed in everything you do. Without it you will never succeed in life; you will surely fail in every venture you set out in. It is not something we are born with you can learn how to develop motivation so that you can succeed in life.

Motivation is the key to success; after all it is the characteristic that drives you into action. Without action you will never accomplish anything. Action is required to make things happen. If you expect something to happen without action and motivation; then you are just dreaming and nothing is ever going to change in your life.

One of the best ways to develop your motivation level is to utilize positive affirmations and begin telling yourself that you have the the desire and drive to work towards your goals everyday. Utilize the affirmations on a daily basis; as you do this you will begin to influence your subconscious to make it a reality. You will be surprised at how your subconscious will become brainwashed and your belief about your being able to be do have anything will grow. You will notice yourself building a burning desire to make your goals a reality. Without this desire you will stop working towards your goals at the first sign of adversity.

Have you ever worked towards your goals and noticed yourself becoming discouraged before you reach them. If you have set goals for yourself and have them written out yet have not taken any action to make them a reality; today is the day to begin working towards them. Remember you create your life the way you want it to be. If things are not going exactly the way you would like it to; you have the power to begin changing it. However without the motivation to begin taking steps towards improving any area of your life; things will remain the same.

If your goal is to make more money you have to have the motivation of why you want to make more money. Ask yourself “why do you want to make more money?” Are you tired of living paycheck to paycheck? Maybe you are tired of working long hours and not being able to purchase the things you would like to have. Whatever the reason you have, are the reasons you will need to build the motivation to keep working towards your goals. You must have a reason of why you want to improve something in your life. If you are content with the way things are; then you will never be able to overcome any adversities that come your way.

See you can change anything in your life and anything that you set your mind to. It all comes down to motivation; without it you will never accomplish anything different. Motivation can be your best friend if you develop it you will conquer everything you attempt. It can also be your worst enemy because without it you might as well be happy with things the way they are because you will never take the action required to change anything in your life.

Kisah Sekeping Talenta Emas

Lelaki berjanggut panjang keperakan itu memang memancarkan kewibawaan yang besar. Ia tampak duduk tenang dengan mata terpejam. Tangan kirinya terlihat menggenggam sebuah tongkat kayu bersisik berwarna coklat kehitaman. Dihadapan lelaki berjubah putih itu, sekumpulan orang-orang yang membentuk setengah lingkaran, duduk berkeliling. Mereka semua tampak menundukkan kepala. Azarya, sang guru nan bijaksana, pengajar para raja dan pejabat istana, kembali mengumpulkan murid-muridnya. Tetapi tidak seperti hari-hari yang lain, dimana mereka biasa berkumpul di pinggir sungai, bukit atau pelataran istana. Hari ini mereka berkumpul dekat sebuah kandang ternak. Tidak ada seorang pun yang tahu rencana hati Azarya. Diantara lenguhan dan bau ternak, guru dan murid itu, terdiam dengan penuh hikmat.

Perlahan-lahan sang guru mengangkat tangannya. Satu keping talenta emas tampak di terjepit diantara ibu jari dan telunjuk beliau. Benda itu terlihat semakin berkilau ditimpa cahaya matahari. Para murid bergumam tidak mengerti.

"Anak-anak ku", sang guru pun mulai bersabda,

"Siapakah dari antara kalian yang menginginkan benda ini, jika aku memberikannya?". Kini semua mata memandang kearah ujung jari Azarya. Sekeping talenta emas. Nilainya setara dengan bayaran seratus hari kerja orang upahan. Sama sekali bukan jumlah yang sedikit. Serta merta belasan orang itu mengangkat tangannya.

"Saya guru…saya guru …!!", seru mereka. Sesaat Azarya tersenyum mengelus janggut nya.

"Hanya orang yang telah kehilangan akal sehatnya yang akan menolak pemberian satu keping talenta emas ini", lanjut nya sambil menurunkan tangan. Kemudian tangan kiri Azarya bergerak mengambil sebuah mangkuk kecil didepannya. Cairan kermizi yang berwarna merah pekat tampak mengisi separuh mangkuk itu. Perlahan-lahan keping emas itu dicelupkannya ke dalam mangkuk, hingga beberapa saat.

"Masihkah kalian menginginkan benda ini ?", tanya Azarya sambil kembali mengacungkan keping emas yang telah berubah warna itu.

"Tentu, guru !", jawab para murid serempak.

Azarya memandangi kepingan berwarna merah pekat di tangan nya, tiba-tiba ia membuang keping emas itu kepermukaan tanah sepelempar batu jauhnya. Beberapa muridnya terlihat menggeser tempat duduknya menjauh.

"Kau !", tunjuk sang guru ke arah salah satu muridnya,

"Tampillah ke muka". Orang yang ditunjuk segera menaati perintah gurunya.

"Ludahi keping emas itu !", perintah sang guru. Murid itu tampak ragu, ia memandang bergantian ke arah keping emas itu dan guru nya memastikan apa yang didengarnya.

"Lakukan apa yang ku perintahkan", kata Azarya sambil tersenyum. Segera setelah muridnya meludahi keping emas itu, Azarya kembali bertanya,

"Masihkah kalian menginginkan talenta itu ?".

"Tentu saja guru", kembali terdengar jawaban dari arah para murid.

"Jika demikian baiklah, kau bertiga ludahi lagi dan injak-injak keping emas itu !!", perintah Azarya. Ketiga orang itu pun melakukan persis seperti yang gurunya perintahkan. Sekarang keping emas itu telah berubah rupa. Permukaannya yang tadinya berkilau kini tak lebih merupakan benda kotor yang sangat menjijikkan. Azarya berdiri, mengibaskan jubahnya, kemudian berjalan menghampiri keping emas itu. Sesaat ia memandangi benda itu, kemudian ikut meludahinya.

"Anak-anakku, lihatlah benda yang menjijikkan itu.", kata Azarya sambil memandangi wajah-wajah mereka,


"Masihkah ada seseorang diantara kalian yang menginginkannya ?". Murid-murid saling berpandangan satu sama lain, beberapa diantara mereka tampak mengangguk-angguk.

"Tentu Guru kami semua masih menginginkannya", jawab mereka serempak. Mendengar jawaban para murid, Azarya mengambil sebuah capit dari kayu. Ia memungut benda itu dan mengangkatnya tinggi-tinggi.

"Kini dengarkanlah anak-anakku", sang guru pun bersabda,

"Kalian dan siapa pun akan tetap menginginkan keping emas itu, karena apapun keadaan yang mata kalian lihat, sekeping talenta emas, tetaplah sekeping talenta emas !"

Murid-muridnya terlihat saling berpandangan, sebagian dari mereka tampak mengangguk-angguk membenarkan perkataan sang guru.

"Serupa dengan keping talenta emas ini", Azarya melanjutkan,

"Diri kalian pun, senista, secacat, sehina apapun, tetaplah mulia dan berharga. Kemiskinan, kecacatan, keadaan terkeji sekalipun tidaklah sanggup mengubah nilai seorang manusia. Manusia telah diciptakan demikian mulia"

Azarya memandangi murid-murid nya lekat-lekat, setelah itu ia berjalan ke arah kandang ternak yang berada tak jauh dari mereka. Murid-muridnya segera bangkit, mengikuti guru mereka dari belakang.

"Seperti apa yang ku janjikan kepada kalian.", kata Azarya sambil menoleh,

"Aku akan memberikan keping talenta emas ini kepada siapa pun yang mengingingkannya. Ambilah !". Dengan satu gerakan, Azarya melemparkan keping emas itu ke dalam tumpukan kotoran ternak yang tampak menggunung. Segera saja keping talenta emas itu membenam tak terlihat. Belum lagi Azarya menjauh dari tempat itu, murid-muridnya yang berjumlah belasan itu merangsek masuk ke dalam kandang. Mereka saling mendorong, berdesakan, saling himpit. Tidak sedikit dari mereka yang terinjak-injak oleh temannya sendiri Beberapa orang malah terlihat bergulat diantara kotoran ternak. Yang lain terlihat saling tinju dan saling hantam. Bak dihajar angin puting beliung, serta merta kandang yang semula aman damai itu jadi begitu berantakan. Lembu, kambing, domba berlarian keluar. Pagar kayu dan dinding kandang rusak berat. Azarya sesaat membiarkan kerusuhan itu terjadi, hingga ia merasa waktunya cukup.

"Hentikan !", seru sang guru dan perkelahian itu pun serta merta berhenti,

"Rupanya kalian belum juga mengerti. Barangsiapa bertelinga hendaklah mendengar ! Camkanlah apa yang ku katakan kepadamu hari ini dan belajarlah darinya."

Azarya segera menghampiri murid-muridnya yang berlumuran kotoran hewan,

"Sang Khalik, Pencipta kita, mengerti benar betapa berharga diri kita, manusia-manusia ini. Begitu juga dengan iblis-iblis jahat penghuni kegelapan, mereka juga tahu persis betapa mulianya kita. Satu-satunya yang sering tidak mengerti akan tingginya harga itu adalah kita, manusia itu sendiri. Manusia sering tidak mengetahui betapa mulianya ia dicipta. Bahkan tidak jarang, karena kebodohannya, manusia menukar kemuliannya dengan sesuatu yang sama seklai tidak berharga. Jadi mulai saat ini, jangan biarkan apapun dan siapapun bahkan hidup ini mendustai kalian, dan membuat kalian tidak berharga. Karena kalian jauh lebih mulia dari ribuan keping telenta emas !!".

by MTA – Made Teddy Artiana
http://semarbagongpetrukgareng.blogspot.com/

Biar Tua Tetap Belajar

"Ma, bete banget nih, libur nggak ada kerjaan. Mau ngeles ya Ma," kata si sulung Vicky saat libur setelah menyelesaikan program diplomanya.

"Iya lah, daripada nganggur, belajar sesuatu kan jauh lebih baik. Mau les apa?" tanya saya.

Setelah mengumpulkan beberapa informasi, Vicky memutuskan ikut les komputer di bilangan Grogol.

Hari pertama sepulang les, dengan gembira dia bercerita, "Ma, di kelasku ada temen les yang berumur 72 tahun. Wau, hebat sekali ya Ma. Sudah umur segitu masih mau belajar. Orangnya lucu lagi, sibuk nanya dan setelah berkali-kali nanya, si bapak pun ber-sorry-sorry ria sama kita-kita, sambil menertawakan kelambanan dan kebodohannya make komputer......"

Setiap pulang les, ada saja yang diceritakan Vicky tentang si bapak. Suatu ketika, si bapak membawa kamera di kelas untuk memotret teman-teman sekelas. Saat pertemuan berikutnya, Vicky pulang sambil membawa gelas mug bergambar foto dirinya pemberian si bapak. Kali lain, ada tas dan aksesori bergambar kunci G dibawa pulang, juga pemberian si bapak. Ternyata, si bapak menyukai bermain piano, sama dengan Vicky. Di kelas pun, Vicky tiap kali membantu si bapak dalam belajar. Sungguh pertemanan yang tidak biasa, tetapi sangat indah, antara mereka hingga akhir masa kursus.

Di kisah yang berbeda, saya pernah dimintai tolong oleh teman, sepasang suami istri. Walaupun kehidupan mereka tergolong sederhana, mereka adalah orangtua yang baik. Mereka setia menyisihkan uang untuk membiayai pendidikan anak-anaknya. "Bu, tolong dong, bantu kami nasihati si bungsu, anak laki-laki kami satu-satunya, agar mau segera menyelesaikan kuliah. Sudah semester akhir. Kan sayang ya, tinggal selangkah lagi. Ada saja alasannya untuk tidak pergi ke kampus. Kami sudah putus asa. Masak skripsi saja lebih dari satu tahun nggak kelar-kelar. Ibu kan orang yang dihormati dia, pasti dia mau mendengarkan kata-kata Ibu. Tolong ya Bu," kata si ibu dengan wajah menyiratkan berjuta harapan. Berharap agar saya bisa menjadi penyambung lidah, berharap si anak segera menyelesaikan kuliahnya, dan entah apa lagi harapan yang masih tersisa.....

Netter yang berbahagia,

Belajar memang tidak memandang batas usia. Nyatanya yang berumur pun tetap sibuk menambah ilmu. Kata si pelajar berumur itu, "Setelah semua pekerjaan tidak lagi mengikat bapak, sekaranglah saatnya bapak punya semua waktu untuk belajar dan mengerjakan banyak hal yang bapak sukai. Sungguh nikmat sekali. Kalian anak muda, mumpung masih punya stamina otak yang cukup, fisik yang memadai, jangan pernah disia-siakan ya. Bapak yang sudah senja saja menyayangkan sisa waktu yang masih tersisa untuk belajar semua hal yang masih bisa dipelajari," nasihatnya.

Sama seperti suami tercinta saya, Andrie Wongso, yang tidak pernah kehilangan semangatnya untuk belajar. Jika saya menempatkan diri pada posisi sebagai orang lain, rasanya akan muncul pertanyaan, sampai kapan Andrie Wongso akan capai belajar? Sebab, hingga sekarang, tak pernah sekali pun saya menyaksikan ia berhenti belajar. Ia tidak pernah menyerah pada batasan keadaan, seburuk apapun, untuk terus mengasah diri, hingga saat ini. Tak heran, jika ia kemudian mempunyai filosofi "Succes is My Right". Kesuksesan yang diraihnya memag berkat perjuangan tanpa henti dari proses belajar yang pantang surut. Salut.

Bagaimana dengan kita?

Lenny Wongso

Salam sukses luar biasa!

Menggapai Sukses Sejati

Mungkin Anda dan saya sering menyaksikan betapa kesuksesan, puncak keberhasilan, atau tercapainya cita-cita, terkadang justru memunculkan semacam krisis eksistensi. Keberhasilan-keberhasilan memang bisa membawa seseorang ke posisi puncak dan bergelimang popularitas. Namun, tak jarang justru pada saat berada di puncak
kesuksesan karir itulah seseorang mulai mempertanyakan apa sesungguhnya tujuan hidupnya yang sejati.

Memang, kesuksesan harus ditapaki dengan perjuangan, pengorbanan, konsistensi, dan kerja keras. Semua orang ingin berhasil dan tidak ada sukses yang gratis. Banyak orang salah menafsirkan dan menganggap bahwa kesuksesan tidak memiliki ekses negatif sama sekali. Ini salah! Sukses pasti memiliki ekses negatif jika diraih dengan cara-cara yang bertentangan dengan prinsip-prinsip dasar kemanusian. Misalnya, sukses diraih dengan mengorbankan orang lain atau mengingkari keyakinan kita yang paling dalam. Tetapi ingat, sukses yang diraih dengan cara-cara yang benar sekalipun bisa mendatangkan akibat-akibat negatif.

Popularitas para pesohor misalnya, selain mendatangkan kekayaan, nama besar, pemujaan, bahkan fanatisme, ternyata juga bisa mendatangkan gangguan-gangguan psikologis. Misalnya: kesepian, keterasingan, stres, depresi, neurotik, megalomania, dan ujung-ujungnya lari ke perilaku abnormal atau narkotika. Kita pasti ingat apa penyebab kematian para pesohor seperti Elvis Presley, Marlyn Monroe, John Lenon, dan Bruce Lee. Sukses spektakuler mereka ternyata diikuti pula dengan tekanan-tekanan mental yang ternyata tidak berhasil mereka kuasai. Akhirnya, sukses itu menjadi bumerang dan menghancurkan hidup mereka sendiri.

Sukses itu tidak identik dengan tercapainya semua keinginan material, berlimpahnya harta kekayaan, popularitas atau nama besar. Apa artinya sukses jika itu diraih dengan mengorbankan harga diri, mengorbankan nilai dan keyakinan yang paling dalam, mengorbankan keluarga, saudara, sahabat, atau teman-teman sendiri.

Sukses sejati adalah sukses yang membuat kita merasa bersyukur telah menjadi manusia yang seutuhnya. Sukses yang membuat kita tergerak untuk menularkan dan membantu orang lain mencapai kesuksesannya. Sukses yang membawa manfaat dan kebahagiaan bagi banyak orang. Jika saat ini kita sedang berjuang menggapai sukses, jangan pernah lupa meletakkan tujuan kemanfaatan bagi sesama itu, ke dalam fondasi rancang bangun perjuangan kita. Maka, sukses sejati pasti kita raih!


Salam Sukses Luar Biasa!!!

Andrie Wongso

Think Out Of The Box

THINK OUT OF THE BOX. Perbedaannya akan bagaikan langit dan bumi.
Berapa besar space yang ada "di dalam box" tsb ? Relatif
Berapa besar space yang ada "di luar box" tsb ? WOW! No Limit

Coba kita lupakan segenap teori canggih dunia entrepreneurship (ttg modal usaha, skill, keberanian untuk memulai usaha, dst,dst).

Sementara banyak orang yang masih harus bergelut dalam kesibukan bisnis setiap hari setelah 10 tahun berbisnis, mari kita simak kisah ilustrasi seorang TUKANG BECAK tamatan SD yang sudah mencapai "financial freedom" setelah bekerja hanya lebih kurang 5 tahun saja, dgn "passive income" Rp. 9 juta/bulan !!!

Becak ke-1 :Seorang tukang becak memiliki becak motor dengan penghasilan bersih Rp. 60,000/hari (bekerja dari pagi hingga larut malam). Biaya hidupnya sekitar Rp. 30,000/hari. Lalu ia berjuang utk konsistenmenabung Rp. 30,000/hari. Dalam tempo 400 hari, ia mampu membeli becak kedua yang harganya Rp. 12 juta/unit.

Becak Ke-2 :Ia sewakan becak keduanya dengan tarif Rp. 30,000/hari. Sementara ia tetap menarik becak pertamanya. Sekarang ia bisa menabung Rp. 60,000/hari. Dalam tempo 200 hari, ia mampu membelibecak ketiga.

Becak Ke-3 :Ia sewakan becak ketiganya, sehingga sekarang ia mampu menabung Rp.90,000/hari. Dalam tempo 134 hari, ia membeli becak ke-4.

Becak Ke-4 :Ia sewakan becak tsb, sehingga sekarang ia mampu menabung Rp.120,000/hari. Dalam tempo 100 hari, ia membeli becak baru lagi.

Becak Ke-5 :Ia sewakan becak tsb, sehingga sekarang ia mampu menabung Rp.150,000/hari. Dalam tempo 80 hari, ia membeli becak baru lagi.

Becak Ke-6 :Ia sewakan becak tsb, sehingga sekarang ia mampu menabung Rp.180,000/hari. Dalam tempo 67 hari, ia membeli becak baru lagi.

Becak Ke-7 :Ia sewakan becak tsb, sehingga sekarang ia mampu menabung Rp.210,000/hari. Dalam tempo 57 hari, ia membeli becak baru lagi.

Becak Ke-8 :Ia sewakan becak tsb, sehingga sekarang ia mampu menabung Rp.240,000/hari. Dalam tempo 50 hari, ia membeli becak baru lagi.

Becak Ke-9 :Ia sewakan becak tsb, sehingga sekarang ia mampu menabung Rp.270,000/hari. Dalam tempo 45 hari, ia membeli becak baru lagi.

Becak Ke-10 :Ia sewakan becak tsb, sehingga sekarang ia mampu menabung Rp.300,000/hari. Dalam tempo 40 hari, ia membeli becak baru lagi.

Setelah becak ke-10, ia berhenti menarik becak. Ia sewakan becak pertamanya ke orang lain. Ia lalu menggaji seorang "mandor" untuk mengurusi ke-10 becaknya. Ia PENSIUN. Kini ia menikmati penghasilan Rp. 300,000/hari, atau Rp. 9 juta/bulan (sebelum potong gaji sang mandor). Jika ditotal semua usahanya tsb hanya dicapai dalam tempo 3,2 TAHUN SAJA.

Tentu saja ini cuma sebuah ilustrasi, dengan menarik garis lurus dari sebuah bisnis. Katakanlah dalam tempo 10 tahun (bukan 3,2 tahun seperti dalam ilustrasi), sang TUKANG BECAK mampu mencapainya. Ini LOGIS, dan bisa terjadi.

Berapa banyak TUKANG BECAK di dunia yang seperti itu ? Mungkin 1 banding 10 juta. Tetapi ADA.Berapa banyak TUKANG BECAK di dunia yang menjadi tukang becak seumur hidupnya dan terus hidup susah ? Buanyyaaak sekali.

Sekarang bandingkan dengan banyak profesional tamatan S1 ataupun S2, atau bandingkan dengan para pengusaha yang masih harus bergelut dengan kesibukan mencari nafkah setiap hari. Kontras sekali bukan….

THINK OUT OF THE BOX. Perbedaannya akan bagaikan langit dan bumi.

Kunci kesuksesannya terletak pada "duplikasi". Ini rahasianya : "Jalankan bisnis yang mudah diduplikasikan, dan tidak perlu keterlibatan kita secara penuh dalam bisnis tsb". Cth : ikuti bisnis franchise yang berpotensi, beli asset lalu sewakan asset tsb, dst.

KUNCI UTAMA LAINNYA adalah : Hidup hemat pada awalnya untuk menabung, uang tabungan di-investasikan untuk menghasilkan uang, lakukan terus berulang2, setelah penghasilannya sudah cukup besar, barulah hidup bersenang2.

Mari berhitung matematika .

Jika Anda diberikan 2 option kontrak kerja / kontrak bisnis berikut ini, mana yang Anda pilih ?

1). Kontrak 2 tahun, tidak dpt dibatalkan, penghasilan/bulan Rp. 100 juta.
2). Kontrak 2 tahun, tidak dpt dibatalkan, penghasilan di bulan pertama cuma Rp. 1000, tapi berlipat dua setiap bulan.

Pilih mana ?
Jawabannya :

Option I : Penghasilan Rp. 100 juta/bln x 24 bln = Rp. 2,4 Milyar

Option II :Bulan ke-1 : Rp. 1000
2. 2000
3.4000
4. 8000
5. 16,000
6. 32,000
7. 64,000
8. 128,000
9. 256,000
10. 512,000
11. 1024,000
12. 2 juta
13. 4 juta
14. 8 juta
15. 16 juta
16. 32 juta
17. 64 juta
18. 128 juta
19. 256 juta
20. 512 juta
21. 1 milyar
22. 2 milyar
23. 4 milyar
24. 8 milyar

Jika Anda pilih option I, Anda kecolongan hampir 6 MILYAR !

Kita hanya diajari oleh guru di sekolah tentang teori2 Albert Eintein spt rumus kekuatan bom atom spt "E=MC2", dst. Tetapi tidak diajarkan bahwa "kekuatan duplikasi" juga dikagumi oleh Albert Eintein, ilmuwan paling cemerlang abad 20, ia mengatakan "Kekuatan duplikasi adalah keajaiban dunia ke delapan".

FINANCIAL FREEDOM ALA HOWARD SCHULTZ (pemilik Starbucks) ?

Bayangkan seorang pengusaha jenius sekaliber Schultz ( ia baru dijuluki pengusaha jenius setelah sukses, tetapi saat pertama kali menawarkan ide bisnis menjual segelas kopi seharga puluhan ribu rupiah, ia diteriakin GILA dan ditolak ratusan orang). Ia mampu mengubah produk komoditas murah (kopi) menjadi produk eksklusif (customer-experience) berharga luar biasa mahal. Ia pandai pula mendapatkan dana segar nan murah melalui GO PUBLIC. Ia pandai pula memanfaatkan media sebagai "public relation" untuk mempromosikan Starbucks. Ia pandai pula membangun partnership dgn perusahaan global spt Pepsi, dst.

Hasilnya LUAR BIASA. Dengan kekuatan "KONSEP DUPLIKASI", kedai kopi pertama yang dibangun Schultz tahun 1985, menjelma menjadi lebih dari 10,000 toko di tahun 2006, tersebar di seluruh dunia. Dan terus berlipat GANDA setiap tahun sampai sekarang.

Schultz lalu memutuskan untuk PENSIUN. Di tahun 2000, ia menggaji seorang "mandor" utk mengurus jaringan Starbucks nya di seluruh dunia. Tentu saja sang mandor disebut dengan istilah keren "CEO"bernama Orin C. Smith.

Baik sang TUKANG BECAK maupun SCHULTZ sama2 mencapai "financial freedom". Yang satu pencapaiannya hanya kelas regional, yang satu lagi kelas dunia.

Sedangkan milyaran penduduk dunia tidak pernah mencapai "financial freedom", walaupun hanya di kelas regional saja.

Bila sang TUKANG BECAK tamatan SD mampu melakukannya, seorang tamatan S1 secara logika pasti bisa melakukannya dengan hasil 3 kali lipat lebih banyak (SD ke S1 kan ada 3 tahap, yakni SMP, SMU, baru Universitas).

Mari kita ambil hikmahnya. Seandainya salah satu dari kita bisa memanfaatkan hikmah tsb dgn TAKE ACTION, semoga financial freedom bisa tercapai dalam 5 tahun mendatang….Bila Anda bermurah hati, artikel ini bisa dikutip utk disharing ke berbagai pihak, teman2 Anda, rekan2 kerja, famili2, ataupun disharing pada milis2 lainnya. SEmoga bermanfaat bagi kita semua. Semoga kisah Starbucks2 lain bermunculan di bumi Indonesia dalam 5 tahun mendatang….OK, semoga bermanfaat.

Sumber : Felix Jordan

Melihat Kegagalan Orang Lain

Seringkali dalam hidup ini kita melakukan sebuah persaingan dengan seseorang dalam menggapai sebuah impian, misal persaingan dalam bisnis, persaingan dalam dunia kerja, persaingan dalam pelajaran, dan lain-lain, dalam melakukan persaingan pasti ada yang menang dan ada yang kalah, kita pasti akan sangat senang, jika kita berhasil, dan pasti kita akan sangat bangga dengan keberhasilan kita.

Lalu, kita akan sedih dan melakukan hal-hal yang kurang menguntungkan diri kita sendiri jika kita kalah, Jika kita melihat orang lain berhasil, tak perlu sungkan untuk akui keberhasilannya. bersikaplah untuk hargai dan hormati apa yang telah mereka capai, mencoba menyadari dari dalam diri sendiri bahwa ini adalah waktu mereka berhasil, dari hasil kerja keras yang mereka lakukan, Nyatakan itu setulus hati. Terimalah dengan hati terbuka bahwa keberhasilan mereka adalah keberhasilan mereka atas hasil jerih payah upaya mereka.

Terkadang dalam diri kita ada perasaan yang kurang nyaman dengan keberhasilan lawan atau pesaing kita, atau keberhasilan dari orang lain, terkadang muncul sifat Iri hati, kecewa, dengki,biasanya mudah mengiringi hati kita. Kita terkadang merasa lebih berhak mendapatkan keberhasilan itu. walau sebenarnya dalam hati kecil kita mengakui bahwa mereka memang berhak atas apa yang mereka terima sekarang ini.
Meskipun kita tak berhasil meraihnya, namun temukan keberhasilan yang lebih besar dalam diri kita, yaitu kebesaran jiwa untuk mengucapkan selamat atas keberhasilannya. Ironisnya kita seringkali terjebak untuk melakukan tindakan yang tak semestinya yang pada akhirnya akan merugikan diri sendiri ketimbang belajar dari keberhasilan mereka, Yang patut kita lakukan adalah memahami dengan jiwa kita memang mereka berhak untuk berhasil, dan sebenarnya adalah suatu kesempatan bagi kita untuk belajar dari keberhasilan mereka, siapa tahu ketika giliran kita berhasil, maka keberhasilan yang akan kita capai, adalah suatu keberhasilan yang lebih besar.

Keberhasilan dan kegagalan tetapi kegagalan adalah sebuah feedback kesalahan dari tahap atau proses yang kita lakukan, oleh karena itu kita harus berusaha memperbaikinya, sedangkan keberhasilan adalah buah dari hasil usaha. Maka Cobalah kita menyikapi dengan bahagia keberhasilan atau kegagalan yang kita dan pesaing kita terima, ketika pesaing kita berhasil maka kita akan juga jadi pemenang ketika kita berbesar hati dan mengucapkan selamat atas keberhasilan yang berhasil di raihnya, Anda akan terlihat seperti orang yang kalah, ketika anda mendendam, membenci dari keberhasilan yang orang lain capai. dalam kesempatan ini saya ucapkan selamat dan sukses bagi sahabat yang sedang memperoleh sukses.

“Anda tidak bisa belajar bagaimana merealisasikan kesuksesan dari kegagalan, sebab hampir tidak ditemukan kesuksesan tanpa kegagalan”

“Tidak ada resep misterius untuk merealisasikan kesuksesan, sebab kesuksesan adalah hasil dari persiapan matang, kerja keras, dan kesediaan belajar kepada kesalahan”


Best Regard
Erwin Arianto,SE

Belajar Dari Semut

Para member James Gwee Community yang saya cintai, Wah iseng iseng hari ini aku memperhatikan iring iringan semut yang dengan susah payah menyeret serpihan roti kering. Rasa keinginan tahuku membuat aku seperti orang iseng yang khusus memperhatikan gerak gerik para semut semut itu dan hasil pengamatanku aku menemukan beberapa kenyataan yang luar biasa:

Setiap mereka berpapasan dengan rombongan semut lainnya maka mereka akan berhenti sejenak dan saling menyapa dengan bahasa mereka baru mereka berjalan kembali
Walau tidak pernah belajar baris namun nampaknya mereka punya disiplin yang tinggi sehingga barisan mereka nampak rapih dan terus berjalan dengan irama yang sama walaupun sepanjang apapun rombongan semut itu berjalan
Mereka punya penciuman yang luar biasa sehingga dengan cepat mereka selalu bisa menemukan makanan akibat keteledoran para manusia yang lupa menutup toples gula atau menyapu makanan yang terjatuh di lantai ataupun di meja, dalam bilangan menit makanan itu sudah akan diseret beramai ramai oleh rombongan semut tsb.
Semut adalah mahluk sosial sehingga sangat langka kita menemukan semut berjalan sendirian, mereka selalu beraktifitas dalam kelompok
Semut tidak pernah bertengkar dengan sesama semut mereka selalu bergotong royong dalam setiap aktifitas
Untuk filosofi semut ini Mr. James Gwee punya pendapat sendiri, menurut beliau:
Ants work hard in summer to stock food for winter, they look forward to the coming summer. They are always and have! We should all learn from ants!James Gwee - Academia

(Semut bekerja keras di musim panas untuk mengumpulkan makanan untuk musim dingin, agar mereka bisa menyongsong musim panas yang akan datang . Mereka selalu berbuat yang sama dan sudah terbukti! Kita harus belajar dari semut!)

Tuhan telah menciptakan dunia dengan lengkap agar kita kehidupan bisa berjalan dengan baik, hanya sayangnya banyak manusia yang tidak mau mempelajari kehidupan dan semua aturan yang sudah digariskan buat mereka beda dengan makhluk lainnya yang tetap menjalani kehidupan mereka sesuai kodrat mereka. Namun banyak terjadi penyimpangan dalam aturan hidup ini karena ulah manusia yang tidak peduli akan kelangsungan alam semesta dan karena keserakahan mereka untuk meraup keuntungan yang sebesar besarnya mereka rela merusak alam semesta yang membuat mereka bisa hidup layak.Semut semut di atas menjalani kodrat mereka tanpa mempertanyakannya dan akhirnya mereka bisa bertahan hidup karena saling gotong royong, punya disiplin tinggi dan punya pembagian kerja yang sangat luar biasa.Bagaimana dengan kita, manusia yang merupakan makhluk paling sempurna? Marilah kita merenung sejenak seperti apa kita menjalani kehidupan sosial kita selama ini?Salam fantastic!!!

Sumber : James Gwee Community

Kekuatan Bersyukur

Dikisahkan, ada seorang pemuda mendatangi pamannya yang berhasil menjadi pengusaha sukses. Dia ingin tahu, apa rahasia di balik sukses pamannya menjalankan beragam bisnis yang dimilikinya. Pamannya memang terhitung sangat mumpuni dalam berbagai bidang usaha. Ia di antaranya menjadi pemilik beberapa gerai berlisensi, distributor besar besi baja, pengusaha ekspor impor produk retail. Ia bahkan juga sukses menjadi seorang investor saham yang sangat piawai dan memiliki berbagai investasi yang menjanjikan.

"Paman, bolehkah aku bertanya?"

Sang paman pun tersenyum kepada keponakannya, "Apa yang bisa Paman tahu, pasti akan Paman jawab semua pertanyaanmu."

Si pemuda lantas meneruskan pertanyaannya, "Saya sangat kagum pada keberhasilan Paman. Kalau boleh tahu, apa rahasia sukses Paman hingga memiliki beragam bisnis yang berbeda, tapi rata-rata bisa sukses seperti saat ini? Padahal, saya tahu bahwa pendidikan Paman tidak cukup tinggi, bahasa Inggris pun belepotan. Hebatnya, saya lihat sendiri, orang-orang yang bekerja sama dengan Paman rata-rata justru berpendidikan jauh di atas Paman. Bagaimana bisa begitu paman? Saya benar-benar ingin tahu dan belajar dari Paman," ungkap si keponakan.

"Hahaha, paman sih hanya mengandalkan insting dan berkat Tuhan," jawab si paman sambil tertawa lebar.

Mendapat jawaban yang kurang memuaskan, si pemuda langsung mencecar dengan pertanyaan, "Insting? Apa maksud Paman? Berkat Tuhan? Kenapa Tuhan bisa memilih Paman untuk diberkati?"

"Begini, pertama-tama, jujur paman akui bahwa pamanmu ini memang tidak berpendidikan formal, tetapi bukan tidak terdidik. Justru karena pendidikan paman rendah, paman memulai segala sesuatu melalui jalur trial and error. Dan, jika dihitung dengan uang, pendidikan yang paman tempuh biayanya sungguh sangat besar. Sama dengan biaya di sekolah formal, malahan bisa-bisa lebih mahal. Orang tahunya paman yang sukses hari ini. Orang mungkin tidak pernah tahu berapa kali paman jatuh bangun mendirikan bisnis ini. Pengalaman mengajarkan, tidak peduli berapa kali kita jatuh, pastikan bangun lagi! Akhirnya paman pun berhasil menguasai ‘know how' bisnis dengan baik. Dan, setelah paman berhasil menanamkan fondasi dan mulai merangkak naik, juga tidak lantas berpuas diri. Ingat, semakin tinggi pijakan kita, angin pun semakin kencang dan selalu berubah arah. Maka di dunia usaha yang terus berubah, kita harus pandai-pandai belajar membaca arah dan perubahan angin. Setelah itu, barulah mengatur bagaimana manajemen yang baik dan mendelegasikan pekerjaan melalui anak-anak muda yang berpendidikan tinggi seperti kamu," terang paman panjang lebar.

Si pemuda tampak memerhatikan dengan serius semua ucapan sang paman. Ia kemudian menyela, "Lantas, bagaimana Paman menyebut bahwa diri Paman diberkati Tuhan?"

"Tuhan memberi berkat kepada setiap manusia. Tergantung Kita yang menerima, bagaimana mengelola, memanfaatkan, dan mengembangkan berkat itu dengan kemampuan kita yang luar biasa! Maka, paman selalu percaya, berkat Tuhan selalu tersedia untuk paman! Bagaimana, puas dengan pelajaran hari ini?" sebut paman masih dengan senyuman hangatnya.

"Terima kasih Paman. Saya berjanji akan belajar mengelola berkat seperti yang telah Paman lakukan. Tolong jangan bosan mengajari saya ya paman".


Pembaca yang budiman,

Kalau kita mampu menyadari dengan benar sesungguhnya berkat ada di mana-mana, maka tak ada alasan bagi kita untuk tidak berjuang mewujudkan berkat itu menjadi sebuah manfaat.

Namun, semua itu tergantung bagaimana kita mengerti dan mengembangkan di jalan yang benar dan baik. Sebagai manusia, tien sen wo cai pik yu yung, kita dilahirkan di dunia ini pasti ada gunanya.
Kalau manusia sudah memiliki pemahaman tentang keberadaannya, maka akan muncul keyakinan bahwa kita semua mempunyai hak untuk sukses, "Success is My Right!" Dengan demikian, setiap hari kita akan mampu mensyukuri setiap apapun yang kita teriam. Dan, utamanya lagi, kita juga akan selalu penuh senyum menatap hari depan dengan semangat dan optimis.

Salam sukses luar biasa!!!

Andrie Wongso