Selasa, 28 Oktober 2008

Alasan Salah Untuk Maju & Berubah

Diinspirasi dari materi oleh: Chuck Gallozzi dan David Regler

Anda, pasti punya target, sasaran, cita-cita, dan tujuan.

Ya itu pasti, tapi lebih pasti lagi ini: Semuanya bukan tentang Anda yang sekarang, bukan Anda yang hari ini, bukan Anda yang saat ini, dan bukan Anda pada detik ini. Anda tidak ingin tetap sama seperti sekarang. Anda ingin yang lebih baik, yang lebih membahagiakan.

Ingatlah, semua itu hanya punya satu arti: Anda ingin perubahan.

Anda, sedang menjalani perubahan. Anda memutuskan berbagai hal dan menjalankan berbagai tindakan, dalam rangka perubahan. Silahkan itu Anda teruskan, tapi mungkin, Anda perlu merenungi beberapa hal. Beberapa hal berkaitan dengan sebab dan musabab, yang menyebabkan Anda memilih untuk berubah. Tepat atau tidaknya alasan Anda, akan menentukan hasil dari upaya perubahan Anda.

ALASAN UNTUK BERUBAH HARUS BENAR

Alasan untuk berubah (baca: maju), bisa bermacam-macam. Apa yang perlu Anda waspadai adalah, jika alasan Anda tidak tepat, maka apa yang Anda targetkan, sasar atau tuju, tak akan pernah kesampaian. Jadi, Anda perlu untuk selalu mengevaluasi sebab-sebab yang membuat Anda ingin berubah.

Contoh paling sederhana. Jika Anda sebagai karyawan telah memutuskan untuk "mengundurkan diri" dan berubah menjadi enterpreneur, pertanyaan pertama yang harus Anda jawab adalah, benarkan Anda "mengundurkan diri", atau apa yang sesungguhnya Anda lakukan adalah "memajukan diri"?

Pak Arief (mantan direktur eksekutif WTC Jakarta), menginspirasi Saya dengan pertanyaan ini. Saat beliau mengetahui Saya memutuskan untuk "mengundurkan diri" dari perusahaan tempat Saya bekerja, lima bulan yang lalu, dan berganti profesi menjadi trainer, beliau lewat stafnya berkomentar, "Bagus, dan ingatlah bahwa Anda bukan mengundurkan diri, melainkan memajukan diri." Beliau benar, sebab untuk itulah Saya mengambil sikap dan memutuskan untuk berubah. Untuk memajukan diri. Bagaimana dengan Anda?

Apapun yang menjadi target perubahan Anda, alasan Anda untuk berubahlah yang menjadi tolok ukur keberhasilan Anda. Dan salah satu alasan yang tidak boleh Anda tinggalkan, adalah karena Anda telah siap MENERIMA segala konsekuensinya.

Kini Anda telah melakukannya. Maka Anda, memang harus siap menerima. Anda tidak akan bisa menerima, jika alasan Anda untuk berubah telah melenceng kemana-mana. Dan jika itu terjadi, mungkin Anda perlu sekali lagi meng-adjust-nya.

Sikap menerima erat kaitannya dengan penerimaan terhadap diri sendiri dan terhadap diri orang lain. Berikut ini, adalah beberapa hal yang bisa Anda renungkan, dan Anda kaitkan dengan alasan Anda untuk maju dan berubah.

MENERIMA DIRI ADALAH KUNCI SUKSES UNTUK PERUBAHAN

Ingatlah bahwa untuk maju dan berubah, Anda memerlukan stamina. Ingatlah bahwa stamina Anda hanya akan kuat dan bertahan, hanya jika memenuhi dua kondisi:

- Bersyukur jika berhasil;
- Bersabar jika belum berhasil.

Khusus untuk soal bersabar, sikap MENERIMA yang SEIMBANG dengan keterbatasan diri sebagai manusia, adalah hal terpenting yang harus Anda pegang. Anda ingin sukses, tapi suksesnya manusia. Anda ingin mampu berhadapan dengan hambatan dan kendala, tapi yang masih bisa ditolerir manusia. Sikap menerima keterbatasan dengan benar inilah, yang akan menjadikan Anda benar-benar bisa mencapai apapun yang Anda inginkan.

Saat Anda bersikap terlalu 'nrimo', Anda tidak akan pergi ke mana-mana. Anda hanya akan tetap diam atau sekedar berjalan di tempat saja. Saat Anda bersikap tidak bisa atau tidak mau menerima, maka Anda bukan akan bahagia, tapi malah merasa berhadapan dengan malapetaka.

Bagaimana Anda menyikapi lesunya bisnis?
Bagaimana Anda menghadapi rendahnya cash flow?
Bagaimana Anda melihat dan merasakan 'malas'nya orang-orang Anda?
Bagaimana Anda jika kantor yang Anda bangun roboh terkena gempa?
Bagaimana Anda mengakali persaingan bisnis yang makin ketat?

Jika Anda tetap bersikap menerima dengan seimbang, maka sekalipun segala sesuatunya tetap sama, akan selalu ada yang berubah di hari-hari mendatang. Minimal, ya mood Anda tentu saja. Lumayan toh?

Dengan sepenuhnya menerima segala kesulitan, Anda telah membuka diri terhadap segala kemungkinan. Di situlah, Anda akan mulai melihat berbagai kesempatan, yang sebelumnya mungkin terlihat sebagai hambatan. Di tingkat syaraf, Anda telah menciptakan koneksi syaraf yang baru, dan dari situ, akan tercipta berbagai jawaban. Dengan menerima Anda akan menjadi lebih kreatif.

Maka, marilah kita gali lagi berbagai alasan, yang menjadi motivasi kita untuk berubah. Kita mulai saja dari yang salah.

ALASAN SALAH UNTUK MAJU DAN BERUBAH MENCIPTAKAN SIKAP SULIT MENERIMA

Salah Keinginan

Motivasi kita untuk berubah, bisa bersifat negatif atau positif. Perubahan itu, bisa didasarkan pada kepuasan, atau ketidakpuasan.

Orang yang merasa terlalu gemuk, bisa memutuskan untuk berolahraga dan menjadi lebih kurus. Jika ia tidak berhasil mencapainya, ia akan merasa sedih. Sebelumnya, ia merasa sedih, dan sesudahnya ia tetap merasa sedih. Tidak terlalu positif bukan?

Padahal, ia tetap bisa merasa senang dan berbahagia dengan tubuhnya. Ia bisa melakukannya, dengan lebih berfokus pada berbagai hal yang telah dicapainya. Pada hal-hal lain yang ia inginkan dan telah didapatkannya.

Bagaimana dengan ini? Seseorang yang sebenarnya sudah punya tubuh ideal. Ia sangat menyukainya, dan ia ingin rasa senangnya bertambah lagi. Maka, secara sengaja ia mulai menikmati berbagai makanan dan minuman yang bisa menjadikannya lebih gemuk. Ia menikmati sekali berbagai makanan dan minuman yang lezat dan enak di lidah.

Kemudian, ia menyadari bahwa dirinya mulai bertambah gemuk. Lantas ia berpikir, jika ia kembali ke tubuh idealnya, ia akan merasa jauh lebih senang daripada sebelumnya. Ia senang dan berbahagia sebelumnya, dan ia senang serta bahagia setelahnya. Jauh lebih positif bukan?

Kuncinya, adalah memahami KEINGINAN. Apa yang Anda INGINKAN?

Buatlah perubahan di atas dasar apa-apa yang berasal dari dalam.

Salah Kick Start

Alasan salah yang lain untuk berubah, adalah tekanan lingkungan sejawat dan media. Segala hal di sekitar kita mengatakan apa yang SEHARUSNYA kita lakukan, dan bagaimana SEHARUSNYA kita menjadi seseorang. Mencoba untuk memenuhi semua tuntutan itu, hanya akan bermuara pada rasa frustrasi dan penolakan.

Adalah SULIT untuk melakukan apa yang kita HARUS, dan lebih MUDAH melakukan apa yang kita INGIN. Maka, bangunlah kekuatan keinginan Anda. Tanyakan pada diri Anda sendiri, apa yang diinginkannya. Kemudian, kejarlah peningkatan-peningkatan sederhana yang bisa dicapainya.

Salah Pendekatan

Pendekatan Anda juga bisa menciptakan alasan yang salah untuk maju dan berubah. Jika Anda perfeksionis, Anda akan men-set target yang tidak realistik. Dengan begitu, Anda telah mengutuk diri sendiri untuk gagal dan tidak berbahagia. Tujuan Anda adalah self improvement dan bukan self perfection.

Anda tidak akan pernah bisa terbang dengan sayap Anda sendiri, sebab Anda bukan malaikat. Anda hanya bisa melakukannya, dengan sayap pesawat.

Salah Obsesi

Perilaku obsesif juga merupakan alasan yang salah. Sikap obsesif itu disfungsional. Ia mengamputasi. Turun berat badan pasti berbeda dari bulimia atau anorexia nervosa. Yang pertama masih sehat, yang kedua bisa membuat Anda lewat.

Semua pengembangan diri yang Anda jalani, adalah untuk menguasai dan untuk mengerti, bukan untuk membuat Anda sempurna. Sekali lagi, satu-satunya keharusan Anda adalah menyeimbangkan sikap menerima, dengan berbagai keterbatasan yang Anda punya. Anda tidak bisa sekedar 'nrimo', dan Anda juga tidak bisa sekedar 'nggak terima'.

MENERIMA KETIDAKSEMPURNAAN ADALAH SEMPURNANYA MANUSIA

Ingat ini. Di dalam dunia yang sempurna, setiap orang akan sama. Setiap orang terbuat dari plastik, yang dibentuk dengan cetakan kesempurnaan. Setiap orang tidak hidup, karena semuanya seragam. Padahal, hidup adalah keragaman.

Di dalam dunia yang nyata, setiap orang punya kelebihan dan kekurangan. Inilah yang mendefinisikan manusia. Inilah yang menciptakan kepribadian atau personality. Ini jugalah yang memberi Anda peluang, untuk mendemonstrasikan kekuatan, dan mengambil tindakan, ketimbang menjadi takut karena keragaman.

TERIMALAH BAHWA ANDA TELAH SEMPURNA

Jika Anda pikir-pikir, Anda bisa menemukan bahwa kelemahan itu tidak ada, sebab Yang Maha Kuasa telah menciptakan Anda dengan sebaik-baiknya. Anda juga telah dibekali-Nya dengan pedoman yang sempurna. Kelemahan Anda hanya terletak pada kemanusiaan Anda. Dalam "kesempurnaan" dari tidak sempurnanya Anda, apa yang ada adalah peluang untuk menunjukkan kekuatan, karakter dan kepribadian sesuai pedoman-Nya.

Jadi, terima saja segala sesuatu apa adanya. Terimalah dengan penerimaan yang seimbang, dan dengan aktivitas berubah demi kemajuan yang seimbang. Terimalah diri Anda sebagai manusia, yang telah sempurna dengan keterbatasannya.

MENERIMA ORANG LAIN ADALAH KUNCI SUKSES UNTUK PERUBAHAN

Selain alasan berubah yang bersifat pribadi, alasan Anda juga pasti bersifat sosial. Dalam menuntut orang-orang di sekitar Anda untuk berubah sejalan dengan keinginan Anda, Anda harus bisa melihat alasan perubahan mereka, juga dengan kacamata yang benar dan positif. Apapun alasan Anda untuk berubah, selalu mempengaruhi orang lain di sekitar Anda, yang juga mau berubah dan maju menurut versinya. Anda, harus memahaminya.

  1. Ingatlah untuk selalu berusaha meyakinkan orang-orang di sekitar Anda, tentang apa yang Anda inginkan untuk berubah.
  2. Nikmatilah kenyataan bahwa setiap orang di sekitar Anda, membutuhkan pekerjaan yang berarti. Tak ada yang bisa membunuh semangat lebih cepat, dari pada tugas-tugas yang keterlaluan remehnya. Keragaman dan tanggung jawab, akan membuat mereka termotivasi.
  3. Selalulah menyediakan diri, untuk mendengar apa kata orang lain. Berilah mereka penghormatan, dan dengarkan setiap kata yang diucapkan. Jangan hanya diam untuk berpikir dan mencari tahu mengapa mereka salah, atau menebak-nebak apa yang akan mereka katakan selanjutnya.
  4. Pujilah mereka atas upayanya, sekalipun upaya mereka gagal atau tidak sesuai harapan. Jelaskan apa yang perlu lebih baik mereka lakukan di masa mendatang.
  5. Ikutkanlah setiap orang yang cocok dan relevan, dalam proses pengambilan keputusan.
  6. Respeklah pada teman kerja dan bawahan Anda. Pertimbangkanlah pekerjaan dan perasaan setiap orang, seperti Anda melakukannya untuk diri Anda sendiri.
  7. Entah bagaimana hasilnya nanti, selalulah mendorong mereka untuk melakukan yang terbaik, bagi Anda semua dan bagi diri mereka sendiri.

Terimalah orang lain yang juga punya alasan untuk berubah. Sikapilah alasan mereka dengan benar. Silahkan Anda berubah, dan silahkan meraih kemajuan. Seperti juga Anda, orang-orang di sekitar Anda pun menginginkan hal yang sama, yaitu maju dan berubah.

KESIMPULAN

Majulah. Letakkanlah sasaran Anda jauh di luar jangkauan, tapi janganlah pernah sampai tidak kelihatan. Satu hal yang perlu selalu bisa Anda lihat, adalah alasan Anda untuk berubah. Letakkanlah alasan Anda dengan benar, buatlah agar selalu kelihatan.

Berubahlah. Kemudian, terimalah apa saja yang muncul dan terkait dengan perubahan. Terimalah keterbatasan Anda. Keterbatasan sebagai manusia yang telah sempurna.

Berkaitan dengan orang-orang lain di sekitar Anda yang juga ingin berubah, Anda hanya perlu melakukan hal yang cukup sederhana. Anda gabungkan saja huruf-huruf awal dari semua paragraf di atas yang ada nomornya.

Dari situ Anda bisa membacanya: I.N.S.P.I.R.E.

Ikhwan Sopa

Trainer E.D.A.N.

Pola Pikir Orang Kaya

Kiki sedang bingung. Sebenarnya bukan dia yang seharusnya bingung, tapi Erna. Masalahnya, Kiki ikut-ikutan bingung karena dia juga terlibat. Erna sudah sering datang terlambat di kantor. Bukan itu saja. Dia juga sering pulang lebih awal kalau atasan mereka sedang tidak di kantor. Seperti bermain kucing-kucingan deh. Kalau atasan pergi, Erna pulang lebih cepat. Malah, kadang-kadang pada jam makan siang, Erna bisa keluar makan hingga dua jam lamanya. Tapi kalau atasan ada di kantor, Erna tampaknya rajin bekerja.

Kiki dan teman-teman lainnya sebenarnya tidak senang dengan sikap Erna. Mereka sendiri tidak pernah berbuat demikian. Bahkan ada yang sudah bekerja enam tahun lamanya, tapi tidak pernah berbuat seperti Erna. Sulitnya, setiap kali Erna akan terlambat, dia minta tolong teman-temannya agar mewakilinya mengisi buku absensi. Demikian pula ketika dia pulang lebih awal, dia titip absensi. Selain itu, dia selalu bilang:

"Jangan bilang-bilang Bos ya?"

Kiki dan teman-temannya merasa sungkan dan tidak enak sehingga mereka terpaksa diam saja dan tidak melapor ke atasan. Tapi sebenarnya dalam hati kecilnya mereka merasa bersalah dan takut ketahuan atasan juga.

Hari ini, tanpa disangka-sangka, atasan mereka datang ke kantor setelah makan siang. Erna belum kembali dari istirahat makan siang. Ketika atasan menanyakan Erna kemana, Kiki mengatakan Erna sedang makan siang. Tapi setelah hampir pukul dua Erna belum kembali, atasannya bertanya lagi. Kiki bingung. Terpaksa dia menjawab bahwa dia tidak tahu kemana Erna pergi. Ternyata Erna kembali ke kantor pukul dua lebih. Atasan langsung menanyakan Erna dari mana. Sambil terbata-bata Erna mengatakan tadi dia makan siang. Tapi ketika ditanya mengapa sampai demikian lama, dia tidak bisa menjawab.

Merasa ada sesuatu yang tidak wajar, atasan mereka langsung bertanya kepada bagian keamanan yang berjaga di depan kantor. Bagian keamanan mengatakan apa adanya dengan jujur. Dari mereka, akhirnya ketahuan bahwa Erna selalu pergi makan siang hingga dua jam lebih. Dia juga sering datang terlambat dan pulang lebih awal.

Tentu saja atasan marah sekali. Selama ini beliau tidak pernah marah karena memang bukan termasuk orang yang emosional. Tapi dalam kasus ini, mau tak mau beliau marah. Erna dipanggil dan diajak bicara mengenai hal itu. Beliau bertanya mengapa Erna berbuat semacam itu.

"Apakah karena tidak suka bekerja di sana? Atau apa?"

Dengan perasaan bersalah, Erna meminta maaf dan mengaku sebenarnya dia suka bekerja di perusahaan itu. Hanya saja dia memang sering terlambat bangun pagi. Kemudian rumahnya jauh, sehingga kalau dia bisa pulang lebih awal, maka dia tidak perlu bermacet-macet di jalan.

Adapun dia perlu waktu agak lama untuk makan siang karena dia selalu makan siang bersama pacarnya. Tempat makannyapun selalu berpindah-pindah dan agak jauh dari kantor, sehingga dia terlambat tiba di kantor.

Atasannya sangat menyayangkan hal itu. Beliau berpendapat, kalau dari awal sudah tidak suka bekerja di sana, apalagi nanti. Kalau sejak awal bekerja, Erna sudah tidak jujur, bagaimana beliau bisa percaya lagi? Apalagi Erna masih dalam masa percobaan. Belum tiga bulan bekerja. Akhirnya, terpaksa Erna diminta mengundurkan diri.

Setelah itu, Kiki dan teman-teman lain dipanggil atasan. Beliau menanyakan mengapa selama ini tidak ada yang melaporkan masalah Erna kepadanya. Beliau berkata:"Satu hal yang saya paling tidak suka adalah perkataan 'Jangan bilang-bilang Bos', atau 'Bos jangan sampai tahu

Beliau menjelaskan bagi beliau, kepercayaan adalah nomor satu dalam bekerja.

"Saya percaya pada kalian. Saya harap kalian percaya saya dan kalian juga memang bisa dipercaya. Dengan demikian, bekerja menjadi nyaman dan menyenangkan. Hanya orang yang melakukan kesalahan yang akan mengucapkan kata-kata 'Bos jangan tahu'. Hanya orang yang merasa bersalah yang akan merasa takut kalau ketahuan. Selama kita berbuat benar, tidak ada yang perlu ditakuti bukan? Supaya tidak takut, berbuatlah benar dan juga jangan berpihak kepada yang salah."

Betul juga sih, pikir Kiki. Kiki bersyukur. Untung beliau bijaksana. Kiki dan teman-temannya dimaafkan. Tapi kini Kiki dan semua temannya mengerti bahwa selama ini mereka ikut merasa bersalah karena telah ikut melindungi kesalahan Erna. Tanpa sadar, mereka ikut merasa takut ketahuan, padahal yang bersalah bukan mereka semua. Mereka semua hanya menjadi korban perbuatan Erna.

Sekarang, Kiki berniat menghindari ungkapan 'Bos jangan tahu!'. Caranya? Tidak melakukan kesalahan. Kalaupun salah, lebih baik mengaku dan meminta maaf serta berniat mengubahnya. Toh, akhirnya pasti ketahuan juga. Mana ada sih perbuatan buruk yang pada akhirnya tidak ketahuan?

Do the right thing! It will set you free from fear!

Sumber:
Bos Jangan Tahu
Lisa Nuryanti
Director Expands Consulting & Training Specialist

Bos Jangan Tahu

Kiki sedang bingung. Sebenarnya bukan dia yang seharusnya bingung, tapi Erna. Masalahnya, Kiki ikut-ikutan bingung karena dia juga terlibat. Erna sudah sering datang terlambat di kantor. Bukan itu saja. Dia juga sering pulang lebih awal kalau atasan mereka sedang tidak di kantor. Seperti bermain kucing-kucingan deh. Kalau atasan pergi, Erna pulang lebih cepat. Malah, kadang-kadang pada jam makan siang, Erna bisa keluar makan hingga dua jam lamanya. Tapi kalau atasan ada di kantor, Erna tampaknya rajin bekerja.

Kiki dan teman-teman lainnya sebenarnya tidak senang dengan sikap Erna. Mereka sendiri tidak pernah berbuat demikian. Bahkan ada yang sudah bekerja enam tahun lamanya, tapi tidak pernah berbuat seperti Erna. Sulitnya, setiap kali Erna akan terlambat, dia minta tolong teman-temannya agar mewakilinya mengisi buku absensi. Demikian pula ketika dia pulang lebih awal, dia titip absensi. Selain itu, dia selalu bilang:

"Jangan bilang-bilang Bos ya?"

Kiki dan teman-temannya merasa sungkan dan tidak enak sehingga mereka terpaksa diam saja dan tidak melapor ke atasan. Tapi sebenarnya dalam hati kecilnya mereka merasa bersalah dan takut ketahuan atasan juga.

Hari ini, tanpa disangka-sangka, atasan mereka datang ke kantor setelah makan siang. Erna belum kembali dari istirahat makan siang. Ketika atasan menanyakan Erna kemana, Kiki mengatakan Erna sedang makan siang. Tapi setelah hampir pukul dua Erna belum kembali, atasannya bertanya lagi. Kiki bingung. Terpaksa dia menjawab bahwa dia tidak tahu kemana Erna pergi. Ternyata Erna kembali ke kantor pukul dua lebih. Atasan langsung menanyakan Erna dari mana. Sambil terbata-bata Erna mengatakan tadi dia makan siang. Tapi ketika ditanya mengapa sampai demikian lama, dia tidak bisa menjawab.

Merasa ada sesuatu yang tidak wajar, atasan mereka langsung bertanya kepada bagian keamanan yang berjaga di depan kantor. Bagian keamanan mengatakan apa adanya dengan jujur. Dari mereka, akhirnya ketahuan bahwa Erna selalu pergi makan siang hingga dua jam lebih. Dia juga sering datang terlambat dan pulang lebih awal.

Tentu saja atasan marah sekali. Selama ini beliau tidak pernah marah karena memang bukan termasuk orang yang emosional. Tapi dalam kasus ini, mau tak mau beliau marah. Erna dipanggil dan diajak bicara mengenai hal itu. Beliau bertanya mengapa Erna berbuat semacam itu.

"Apakah karena tidak suka bekerja di sana? Atau apa?"

Dengan perasaan bersalah, Erna meminta maaf dan mengaku sebenarnya dia suka bekerja di perusahaan itu. Hanya saja dia memang sering terlambat bangun pagi. Kemudian rumahnya jauh, sehingga kalau dia bisa pulang lebih awal, maka dia tidak perlu bermacet-macet di jalan.

Adapun dia perlu waktu agak lama untuk makan siang karena dia selalu makan siang bersama pacarnya. Tempat makannyapun selalu berpindah-pindah dan agak jauh dari kantor, sehingga dia terlambat tiba di kantor.

Atasannya sangat menyayangkan hal itu. Beliau berpendapat, kalau dari awal sudah tidak suka bekerja di sana, apalagi nanti. Kalau sejak awal bekerja, Erna sudah tidak jujur, bagaimana beliau bisa percaya lagi? Apalagi Erna masih dalam masa percobaan. Belum tiga bulan bekerja. Akhirnya, terpaksa Erna diminta mengundurkan diri.

Setelah itu, Kiki dan teman-teman lain dipanggil atasan. Beliau menanyakan mengapa selama ini tidak ada yang melaporkan masalah Erna kepadanya. Beliau berkata:"Satu hal yang saya paling tidak suka adalah perkataan 'Jangan bilang-bilang Bos', atau 'Bos jangan sampai tahu

Beliau menjelaskan bagi beliau, kepercayaan adalah nomor satu dalam bekerja.

"Saya percaya pada kalian. Saya harap kalian percaya saya dan kalian juga memang bisa dipercaya. Dengan demikian, bekerja menjadi nyaman dan menyenangkan. Hanya orang yang melakukan kesalahan yang akan mengucapkan kata-kata 'Bos jangan tahu'. Hanya orang yang merasa bersalah yang akan merasa takut kalau ketahuan. Selama kita berbuat benar, tidak ada yang perlu ditakuti bukan? Supaya tidak takut, berbuatlah benar dan juga jangan berpihak kepada yang salah."

Betul juga sih, pikir Kiki. Kiki bersyukur. Untung beliau bijaksana. Kiki dan teman-temannya dimaafkan. Tapi kini Kiki dan semua temannya mengerti bahwa selama ini mereka ikut merasa bersalah karena telah ikut melindungi kesalahan Erna. Tanpa sadar, mereka ikut merasa takut ketahuan, padahal yang bersalah bukan mereka semua. Mereka semua hanya menjadi korban perbuatan Erna.

Sekarang, Kiki berniat menghindari ungkapan 'Bos jangan tahu!'. Caranya? Tidak melakukan kesalahan. Kalaupun salah, lebih baik mengaku dan meminta maaf serta berniat mengubahnya. Toh, akhirnya pasti ketahuan juga. Mana ada sih perbuatan buruk yang pada akhirnya tidak ketahuan?

Do the right thing! It will set you free from fear!

Sumber:
Bos Jangan Tahu
Lisa Nuryanti
Director Expands Consulting & Training Specialist

Menjadi Pemenang

Martin Luther King Jr. berkata, "Jadilah tukang sapu jalanan layaknya Michael Angelo melukis atau Shakespeare menulis puisi, sehingga segenap penghuni bumi akan tertegun lalu berujar, Wahai inilah tukang sapu jalan yang melakukan tugasnya dengan baik." Bekerja dengan baik, itulah yang ditempuh banyak orang untuk memetik keberhasilan. Kemmons mencium kebutuhan pelancong akan motel sederhana tapi bersih, Ia pun mendirikan Holiday Inns.

Sam Walton bercita-cita membangun jaringan toko kelontong dengan harga murah dan pelayanan ramah, hasilnya Wal-Mart jaringan pasar swalayan terbesar di AS.

Menjadi orang sukses tak perlu menunggu punya gelar, mulailah sekarang juga.

Pilih hal yang sederhana baru kemudian mengembangkannya. Misalnya, adakah yang lebih sederhana dari menjawab telepon? Tapi berapa orang yang bisa melakukannya dengan baik? Saya harus mewawancarai puluhan pelamar sebelum menemukan seorang resepsionis yang mampu menjawab dan berbicara melalui telepon dengan baik.

Bersungguh-sungguhlah melakukan apapun, entah itu berkebun, berbenah rumah, mencuci, memasak, dll. Bila ada pelayan hotel terbaik di dunia, yang membersihkan kamar hotel sebagai kerja seni; atau juru masak yang mengesankan tamu dgn hidangan sederhana tapi disiapkan dgn lezatnya; atau pramuniaga yang melayani pelanggan seperti melayani orang terpenting di dunia, Saya yakin orang akan berebut mempekerjakan dan membayar mereka dgn gaji tinggi.

Pelajari minat, bakat, dan kemampuan anda. Peluang tidak pernah berujung.

Banyak orang yg tidak kreatif dgn kemampuannya sendiri. Mereka malah mengharapkan kemampuan yg tidak dimiliki, sementara kemampuan sendiri tidak dimanfaatkan. Ini ibarat orang pendek kecil menghampiri kawannya yg tinggi besar, lalu berkata : "Kalau badanku sebesar kamu, akan kurambah gunung, kutangkap beruang terbesar, lalu kurobek-robek badannya." Si besar menatap si kecil sambil tersenyum, "Beruang kecil kan juga banyak di hutan!"

Renungkanlah itu. Anda pernah mengeluh karena tidak mampu mengatasi beruang besar, sementara beruang-beruang kecil yg bisa anda atasi menari-nari di sekitar anda? Kita mesti mau memanfaatkan apa yg kita punyai, di mana kita berada, dan mengambil yg terbaik dari situ. Rahasia yg mengubah orang menjadi pemenang: lakukan hal yg biasa dgn cara yg luar biasa.

Juga harap diingat:

Pemenang selalu mencari jalan untuk menang, sementara pecundang mencari dalih jikalau kalah.

Strategi Meraih Kemenangan

Apakah Anda selalu menganggap diri sendiri sebagai seorang pecundang? Cara mengatasinya, belajarlah menjadi pemenang seperti impian Anda. Jika Anda punya kekuatan untuk menang, Anda dapat mencapai karir dan mimpi-mimpi Anda selama ini. Berikut tipsnya:

1. Kekuatan untuk menang berasal dari pikiran Anda sendiri.

Teddy Roosevelt, mantan presiden AS, berujar, “Seluruh sumber daya yang kita perlukan ada dipikiran.” Anda telah memiliki segala yang diperlukan untuk jadi seorang pemenang.

2. Yakinlah pada diri Anda.

Tanpa kegagalan, Anda harus yakin bahwa Anda dapat mencapai tujuan dalam hidup ini. Jika tak yakin memilikinya, maka Anda tidak akan mencapainya.

3. Ketahuilah sesuatu yang membuat Anda bahagia.

Jika Anda adalah orang yang senang berada ditengah orang banyak sementara Anda bekerja disebuah gudang penyimpanan, silahkan Anda memikirkan kembali pilihan karir Anda.

4. Evaluasi talenta Anda dengan jujur.

Jika Anda tidak tahu kekuatan dan hal-hal apa saja yang perlu ditingkatkan, Anda mungkin saja salah menilai pekerjaan yang tepat untuk Anda. Mungkin saja Anda yakin memiliki kemampuan untuk melayani konsumen dengan baik, tapi bos dan mitra kerja menilai Anda butuh berlatih lagi.

5. Jangan biarkan latar belakang menentukan masa depan Anda.

Jika pengalaman kerja Anda tidak terlalu mulus, jangan biarkan hal ini mempengaruhi prospek karir Anda. Bila Anda telah memiliki tujuan, fokuslah pada hal ini. Jangan terpaku pada sindroma ‘saya ini orang malang’ jika tidak berhasil mencapai sukses.

6. Ikuti teknik visualisasi cepat ini: gambarkan diri Anda tengan berlari dengan tim sepak bola.

Bayangkan gawang adalah tujuan karir atau keinginan pribadi Anda. Bayangkan pula diri Anda yang berhasil menggolkan bola ke gawang lawan.

7. Kekuatan untuk menang adalah ditangan Anda.

Tidak ada seorang pun yang dapat menyerahkan kesuksesan itu pada Anda. Andalah yang harus mewujudkan itu. Melakukan sesuatu adalah satu-satunya cara untuk mencapai tujuan.

(Harian Umum Republika, Rabu 28 mei 2003)

Berani Mencoba

Alkisah, seorang pembuat jam tangan berkata kepada jam yang sedang dibuatnya.

"Hai jam, apakah kamu sanggup untuk berdetak paling tidak 31,104,000 kali selama setahun?"

"Ha?," kata jam terperanjat, "Mana sanggup saya?"

"Bagaimana kalau 86,400 kali dalam sehari?"

"Delapan puluh ribu empat ratus kali? Dengan jarum yang ramping-ramping seperti ini?" jawab jam penuh keraguan.

"Bagaimana kalau 3,600 kali dalam satu jam?"

"Dalam satu jamharus berdetak 3,600 kali? Banyak sekali itu" tetap saja jam ragu-ragu dengan kemampuan dirinya.

Tukang jam itu dengan penuh kesabaran kemudian bicara kepada si jam.

"Kalau begitu, sanggupkah kamu berdetak satu kali setiap detik?"

"Naaaa, kalau begitu, aku sanggup!" kata jam dengan penuh antusias.

Maka, setelah selesai dibuat, jam itu berdetak satu kali setiap detik. Tanpa terasa, detik demi detik terus berlalu dan jam itu sungguh luar biasa karena ternyata selama satu tahun penuh dia telah berdetak tanpa henti. Dan itu berarti ia telah berdetak sebanyak 31,104,000 kali.

Renungan :
Ada kalanya kita ragu-ragu dengan segala tugas pekerjaan yang begitu terasa berat. Namun sebenarnya kalau kita sudah menjalankannya, kita ternyata mampu. Bahkan yang semula kita
anggap impossible untuk dilakukan sekalipun. Jangan berkata "tidak" sebelum Anda pernah mencobanya.

Kata Bijak :

Ada yang mengukur hidup mereka dari hari dan tahun. Yang lain dengan denyut jantung, gairah, dan air mata. Tetapi ukuran sejati di bawah mentari adalah apa yang telah engkau lakukan dalam hidup ini untuk orang lain.

Sukses Adalah Pilihan Hidup

Suatu hari anak saya memilih beberapa jenis permainan puzzle, semacam permainan menggabung-gabungkan potongan-potongan gambar. Anak saya kemudian memilih jenis puzzle yang terdiri dari 1.000 keping potongan gambar. Setelah menentukan pilihan, mulailah ia melaksanakan langkah-langkah menyusun keping demi keping puzzle.

Rupanya ia mempunyai strategi menyusun kepingan-kepingan gambar itu. Mula-mula ia membuat kerangka gambar. Kemudian ia mengelompokkan kepingan-kepingan itu berdasarkan warnanya. setelah itu barulah ia menyusun atau meletakkan kepingan-kepingan tersebut pada tempat yang semestinya. Semakin banyak kepingan permainan itu, maka akan semakin sulit dikerjakan.

Sebenarnya ia bisa saja memilih jenis permainan puzzle yang terdiri dari 5 keping, 6, keping dan seterusnya. Tetapi anak saya sengaja memilih permainan yang terdiri dari ribuan keping. Ia beralasan bahwa semakin sulit permainan akan menghasilkan gambar yang lebih berwarna, bernuansa indah, dan lain sebagainya.

Selain memperhatikan anak saya bekerja menyusun potongan gambar itu, saya juga sibuk berpikir. Jika tanggung jawab hidup semakin besar, mungkin kehidupan ini terasa lebih berat. Namun bila tanggung jawab tersebut dapat diselesaikan dengan baik, maka kehidupan inipun akan terasa lebih berarti, menyenangkan, berwarna dan nikmat.

Hakekat pencapaian kesuksesanpun tidak berbeda. Sama seperti yang dikatakan oleh Dwight D. Eisenhower.

"The history of free men is never written by chance but by choice, their choice. - Sejarah seorang manusia merdeka tidak pernah tercipta secara kebetulan, melainkan tercipta karena pilihan mereka sendiri," katanya.

Hakekat kesuksesan adalah pilihan kita sendiri.

Terserah diri kita, akan memilih tanggung jawab hidup yang lebih besar ataukah sedikit? Jika mengambil tanggung jawab yang besar, maka kehidupan akan terasa lebih sulit tetapi mendapatkan nilai hidup yang lebih besar. Apakah kita ingin mendapatkan kehidupan yang sukses dan berharga? Jika Anda benar-benar menginginkannya, ada empat
tanggung jawab yang paling mendasar dan menjamin keberhasilan Anda.

Tanggung jawab yang pertama adalah bersikap jujur. Orang-orang yang tulus dan jujur sangat mudah meraih kesuksesan bagi dirinya sendiri sekaligus orang lain. Mengapa demikian? Karena sikap jujur menjadikan kita mudah dipercaya orang lain. Selain itu, kita juga akan semakin percaya diri berusaha mencapai sukses di masa depan. Sebuah pepatah bijak mengatakan,

"Confidence is the companion of success. - Percaya diri merupakan pasangan dari kesuksesan."

Tanggung jawab selanjutnya untuk mendapatkan kehidupan yang lebih sukses dan bermakna adalah kemauan untuk berbagi dengan orang lain.

Sadari satu prinsip bahwa `you reap what you sow' - Anda akan memanen apa yang Anda tanam. Jika Anda memilih untuk hidup lebih sukses, maka jangan pernah membiarkan diri Anda pelit untuk berbagi dengan sesama.

"False happiness renders men stern and proud, and that happiness is never communicated. True happiness renders kind and sensible, and that happiness is always shared. - Kebahagiaan semu cenderung menjadikan seseorang kejam dan sombong, dan kebahagiaan seperti itu tidak akan pernah berarti. Kebahagiaan yang sesungguhnya menjadikan seseorang baik hati dan peka, dan kebahagiaan seperti itu yang akan sangat berharga dan bermakna tidak saja untuk diri sendiri," kata Charles de Montesquieu.

Jika Anda berkeras untuk memilih kehidupan yang lebih sukses, maka tanggung jawab yang harus Anda laksanakan berikutnya adalah giat bekerja. Sejarah lebih banyak membeberkan fakta bahwa upaya yang bersungguh-sungguh selalu mewarnai dinamika kehidupan mayoritas orang-orang sukses di dunia ini. Bila Anda berkomitmen untuk bekerja keras berarti Anda sudah memastikan pada pilihan kehidupan yang lebih sukses.

Giat dalam arti mengerjakan pekerjaan yang benar, bukan pekerjaan yang kita sukai.

Socrates mengatakan bahwa sesuatu yang sangat berharga bukan hal yang hanya bisa kita gunakan untuk hidup, melainkan untuk hidup dengan benar. "What most counts is not to live, but to live aright," katanya. Bila Anda memilih untuk melakukan hal-hal yang benar, berarti Anda sudah memilih kehidupan yang sukses dan penuh integritas.

Sukses atau gagal adalah hasil dari apa yang kita pilih.

"Events, circumstances, etc., have their origin in ourselves. They spring from seeds which we have sown. - Setiap kejadian, keadaan yang sedang kita alami, dan lain sebaginya..., kembali kepada diri kita sendiri. Semua itu berasal dari benih yang sudah kita tanam," kata Henry

David Thoreau. Apakah Anda memilih untuk hidup sukses, bahagia, dan bermakna dengan melaksanakan tanggung jawab seperti yang diuraikan diatas, ataukah sebaliknya? Semua pilihan ada di tangan Anda sendiri.

Sumber: Sukses adalah Pilihan Hidup oleh Andrew Ho. Andrew Ho adalah penulis buku-buku best seller, seorang motivator, dan pengusaha.

Berani Hidup

One isn't necessarily born with courage, but one is born with potential.
Without courage, we cannot practice any other virtue with consistency.
We can't be kind, true, merciful, generous, or honest.
~Maya Angelou

Be a warrior, not a worrier.
~Jennie S. Bev

Banyak lagu di Indonesia yang bertemakan kesedihan dan kenestapaan. Betapa kasihannya diriku karena aku orang miskin dan tidak punya. Ayah juga tidak punya, Ibunda juga tiada. Istri juga belum punya, apalagi anak. Rumah juga hanya terbuat dari bilik saja dan bepergian ke mana-mana naik bis kota yang sumpek dan berbau keringat. Seringkali dihina pula. Ah, betapa aku orang yang sungguh perlu dikasihani. Aku segan hidup, tapi belum mau mati.

Apa yang tersirat di dalam lirik seperti itu? Kurangnya keberanian untuk hidup. Kurangnya rasa syukur yang dalam akan makna hidup yang sebenarnya. Sudah diberi hidup untuk hari ini, masih juga mempermasalahkan kemiskinan dan tidak punya ini dan itu. Padahal, cukup dengan modal "hidup" saja, masalah kemiskinan dan tidak punya pasangan hidup bisa dicari sendiri pemecahannya. Pendapat seperti ini banyak membuat hati saya tidak enak, karena seakan-akan tidak bersyukur sama sekali akan harta tidak ternilai, yaitu kehidupan yang diberikan kepada kita karena kita begitu istimewa di mataNya.

Kekhawatiran luar biasa membebani setiap langkah yang diambil di dalam hidup. Ini sangat tidak baik. Kegalauan hati juga memberi warna kelabu, apalagi ketidakberanian untuk mengubah diri. Dengan mempercayai bahwa diri kita lemah dan tidak berdaya, maka alam bawah sadar kita sungguh percaya bahwa kita itu lemah dan tidak berdaya. Jadilah di dalam benak hanya ada satu yang dicari-cari: rasa belas kasihan bagi diri kita, yang datang baik dari luar maupun dari dalam diri.

Mungkin Anda sekarang berpikir, "Ah, Ibu Jennie ini bisa saja, karena dia toh tidak pernah merasakan naik bis kota. Dia kan ke mana-mana naik mobil mewah dan makan di hotel berbintang lima." Eit, nanti dulu. Ketika saya kuliah di Depok, saya memang mempunyai pilihan untuk diantar jemput oleh sopir pribadi maupun naik bis kota karena orang tua mampu membiayai, walaupun mungkin dengan sangat pas-pasan. Yang mana pilihan saya, menurut Anda? Naik bis kota setiap hari. Aneh bukan?

Waktu itu belum ada bis Patas ber-AC, sehingga mau tidak mau saya naik bis dari Sarinah ke Pancoran, terus dari Pancoran ke Pasar Minggu, dan dari Pasar Minggu baru ada mobil unyil ke Depok. Turun di Margonda yang masih belum sepenuhnya beraspal saat itu, saya jalan kaki di tanah yang kadang-kadang becek di kala musim hujan dan selalu berlumpur tanah merah sepanjang tahun. Repot sekali karena berarti celana jins dan sepatu kets saya mesti dicuci begitu tiba di rumah, kalau tidak ya tanah merahnya akan menempel permanen nodanya.

Selama perjalanan di dalam bis, tidak jarang saya mengalami hal-hal yang memalukan dan diolok-olok karena tinggi tubuh saya yang 172 sentimeter, sangat jangkung untuk ukuran Indonesia. Belum lagi wajah saya yang sangat "amoy" itu. Hal-hal rasis dan olok-olok yang tidak-tidak karena fisik saya sudah menjadi makanan sehari-hari. Paling tidak pasti ada sinar mata penuh rasa ingin tahu yang saya terima setiap hari dari sesama para penumpang. Untunglah karena saya langganan setiap hari, para supir dan kenek bis sudah kenal dengan si "amoy jangkung" ini. Hal-hal begini sudah membuat saya "kebal" juga akhirnya.

Saat itu pernah terbesit di benak saya, betapa sesungguhnya saya sangat berbeda dari orang kebanyakan. Jika dituliskan lagi mendayu-dayu ala dangdut maupun pop sendu Indonesia, mungkin ada lirik begini, "Betapa malangnya nasibku, ayah tidak punya, ibunda hidup susah kerja sendirian. Belum lagi tampangku Cina dan tinggiku seringkali mentok di dalam Metro Mini. Aku hidup susah, semua orang melihatku aneh dan berbeda dari orang lain." Lucu dan "kasihan banget" bukan?

Eh, anehnya, tidak pernah satu kalipun saya merasa demikian. Malah kalau terdengar lagu-lagu mendayu, hati ini rasanya geli sekali. Tidak jarang saya tertawa terbahak-bahak mendengar hal-hal yang "mengasihani diri sendiri." Mengapa? Karena di dalam benak saya, setiap hari haruslah menjadi hari yang lebih baik daripada kemarin. Dan ini tidak bisa di dapat dengan memanjakan diri bahwa "aku ini orang yang perlu dikasihani."

Seperti billionaire philanthropist terkenal James Stowers pendiri American Century Investments pernah berkata, "If you don't think tomorrow is going to be better than today, why get up? You've got to believe each new day is going to be better, and you have to be determined to make it so. If you are determined, then certainlyl... the best is yet to be." Jika Anda tidak yakin bahwa hari esok akan lebih baik, mengapa bangun pagi? Anda harus percaya bahwa setiap hari baru akan menjadi lebih baik dari kemarin dan Anda mesti usahakan untuk menjadikannya demikian. Keyakinan Anda akan menjadikannya yang terbaik, jauh lebih baik.

Beberapa waktu lalu, pemerintah Indonesia memberikan label "desa miskin" untuk desa-desa yang mempunyai income level di bawah garis kemiskinan. Saya sendiri kalau diizinkan untuk berkomentar sedikit, tapi mudah-mudahan tidak dianggap asbun ya. Bukankah sebaiknya ditulis "desa yang sedang membangun dengan semangat besar menuju masa depan yang lebih cerah lagi." Untuk singkatnya, ya "desa membangun" saja. Bagaimana efeknya ketika dibaca? Memberi semangat keberanian untuk maju, bukan? Mudah-mudahan saja label "desa miskin" seperti ini sudah ditiadakan saat ini. Saya doakan. Namun siapalah saya ini memberi masukan seperti ini.

Nah, keberanian untuk hidup berarti juga tidak mengasihani diri sendiri sama sekali. Berani hidup berarti berani menanggung kesulitan hidup karena mempunyai kepercayaan diri yang besar bahwa semuanya pasti bisa diatasi. Setiap hari adalah hari baru yang pasti lebih baik daripada hari kemarin. Kalau begitu, apa lagi yang perlu dikhawatirkan? Mari kita mentertawai kekhawatiran dan ketakutan.


Jennie S. Bev
Penulis, pengusaha, dan edukator asal Indonesia yang sukses di Amerika Serikat.

Berani Gagal

PERNYATAAN John. F. Kennedy ini saya yakini kebenarannya. Itu bukan sekedar retorika, tetapi memang sudah terbukti dalam perjalanan hidup saya. Gagal total itulah awal karier bisnis saya.

Pada akhir 1981, saya merasa tak puas dengan pola kuliah yang membosankan. Saya nekad meninggalkan kehidupan kampus. Saat itu saya berpikir, bahwa gagal meraih gelar sarjana bukan berarti gagal dalam mengejar cita-cita lain. Di tahun 1982, saya kemudian mulai merintis bisnis bimbingan tes Primagama, yang belakangan berubah menjadi Lembaga Bimbingan Belajar Primagama.

Bisnis tersebut saya jalankan dengan jatuh bangun. Dari awalnya yang sangat sepi peminat - hanya 2 orang - sampai akhirnya peminatnya membludak hingga Primagama dapat membuka cabang di ratusan kota, dan menjadi lembaga bimbingan belajar terbesar di Indonesia.

Dalam kehidupan sosial, memang kegagalan itu adalah sebuah kata yang tidak begitu enak untuk didengar. Kegagalan bukan sesuatu yang disukai, dan suatu kejadian yang setiap orang tidak menginginkannya. Kita tidak bisa memungkiri diri kita, yang nyata-nyata masih lebih suka melihat orang yang sukses dari pada melihat orang yang gagal, bahkan tidak menyukai orang yang gagal.

Maka, bila Anda seorang entrepreneur yang menemui kegagalan dalam usaha, maka jangan berharap orang akan memuji Anda. Jangan berharap pula orang di sekitar anda maupun relasi Anda akan memahami mengapa Anda gagal.

Jangan berharap Anda tidak disalahkan. Jangan berharap juga semua sahabat masih tetap berada di sekeliling Anda. Jangan berharap Anda akan mendapat dukungan moral dari teman yang lain. Jangan berharap pula ada orang yang akan meminjami uang sebagai bantuan sementara. Jangan berharap bank akan memberikan pinjaman selanjutnya.

Mengapa saya melukiskan gambaran yang begitu buruk bagi seorang entrepreneur yang gagal? Begitulah masyarakat kita, cenderung memuji yang sukses dan menang. Sebaliknya, menghujat yang kalah dan gagal. Kita sebaiknya mengubah budaya seperti itu, dan memberikan kesempatan kepada setiap orang pada peluang yang kedua.

Menurut pengalaman saya, apabila orang gagal, maka tidak ada gunanya murung dan memikirkan kegagalannya. Tetapi perlu mencari penyebabnya. Dan justru kita harus lebih tertantang lagi dengan usaha yang sedang kita jalani yang mengalami kegagalan itu. Saya sendiri lebih suka mempergunakan kegagalan atau pengalaman negatif itu untuk menemukan kekuatan-kekuatan baru agar bisa meraih kesuksesan kembali.

Sudah tentu, kasus kegagalan dalam bisnis maupun dunia kerja, saat krisis ekonomi kian merebak dan bertambah. Ribuan orang terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dan kehilangan mata pencahariannya. Sungguh ironis, seperti halnya kita, suka atau tidak suka, setiap manusia pasti akan mengalami berbagai masalah, bahkan mungkin penderitaan.

Bagi seorang entrepreneur, sebaiknya jangan sampai terpuruk dengan kondisi dan suasana seperti itu. Kita harus berani menghadapi kegagalan, dan ambil saja hikmahnya (kejadian dibalik itu). Mungkin saja kegagalan itu datang untuk memuliakan hati kita, membersihkan pikiran kita dari keangkuhan dan kepicikan, memperluas wawasan kita, serta untuk lebih mendekatkan diri kita kepada Tuhan. Untuk mengajarkan kita menjadi gagah, tatkala lemah. Menjadi berani ketika kita takut. Itu sebabnya mengapa saya juga sepakat dengan pendapat Richard Gere, aktor terkemuka Hollywood, yang mengatakan bahwa kegagalan itu penting bagi karier siapapun.

Mengapa demikian? Karena selama ini banyak orang membuat kesalahan sama, dengan menganggap kegagalan sebagai musuh kesuksesan. Justru sebaliknya, kita seharusnya menganggap kegagalan itu dapat mendatangkan hasil. Ingat, kita harus yakin akan menemukan kesuksesan di penghujung kegagalan.

Ada beberapa sebab dari kegagalan itu sendiri. Pertama, kita ini sering menilai kemampuan diri kita terlalu rendah. Kedua, setiap bertindak, kita sering terpengaruh oleh mitos yang muncul di masyarakat sekitar kita. Ketiga, biasanya kita terlalu "melankolis" dan suka memvonis diri terlebih dahulu, bahwa kita ini dilahirkan dengan nasib buruk. Keempat, kita cenderung masih memiliki sikap, tidak mau atau tidak mau tahu dari mana kita harus memulai kembali suatu usaha.

Dengan mengetahui sebab kegagalan itu, tentunya akan membuat kita yakin untuk bisa mengatasinya. Bila kita mengalami sembilan dari sepuluh hal yang kita lakukan menemui kegagalan, maka sebaiknya kia bekerja sepuluh kali lebih giat. Dengan memiliki sikap dan pemikiran semacam itu, maka akan tetap menjadikan kita sebagai sosok entrepreneur yang selalu optimis akan masa depan. Maka, sebaiknya janganlah kita suka mengukur seorang entrepreneur dengan menghitung berapa kali dia jatuh. Tapi ukurlah, berapa kali ia bangkit kembali.


Purdi E Chandra

Belajar Dari Sumirah

Silakan diambil manfaatnya.

Menjadi tukang pijat belumlah cukup. Sumirah nyambi jadi tukang sol sepatu, penjahit, dan pekerja pabrik. Sebagian hasil keringatnya itu ia gunakan untuk membangun madrasah, masjid, musala, dan mengurus anak yatim.

Ternyata, beramal tidak harus menunggu kaya.

Penolakan halus langsung diucapkan Sumirah, pimpinan Panti Asuhan Yatim Piatu Amanah, Rungkut, Surabaya saat akan diwawancarai Surya untuk tulisan ini.

"Saya ini apalah mbak, kok pakai diwawancarai. Masih banyak yang lebih bagus, lebih pintar dan lebih hebat", elaknya saat ditemui di Panti Asuhan Amanah sekaligus rumahnya di Jalan Pandugo Gg II Nomor 30 B, Rungkut, Senin (15/9) lalu.

Secara materi, Sumirah memang belum bisa dibandingkan dengan pengusaha sukses. Namun kekayaan hati Sumirah mungkin hanya dimiliki segelintir orang di abad ini.

Perempuan kelahiran 3 April 1965 ini tak cukup mengelola panti asuhan. Ia mendirikan madrasah, masjid, dan musala di kampungnya, Pacitan. Mungkin juga sulit dipercaya, Sumirah menghidupi anak-anak yatim dengan menjadi tukang pijat panggilan.

Rasa empati Sumirah sudah terpupuk sejak kecil. Ia terbiasa bergaul dengan anak-anak yatim asuhan almarhum Atmorejo, ayahnya. Saat itu ada 100 anak yatim dan anak-anak lain yang berlatih ilmu kanuragan (kebatinan) di rumah. Mereka semua? tinggal di rumah,・kata ibu lima anak ini.

Secara materi Sumirah kecil tercukupi, namun didikan ayahnya tidak membuatnya manja. Bahkan, sejak kelas II SD dia sudah menjadi tukang pijat alternatif, warisan keahlian turun temurun. Duitnya 'ditabung' di musala di Desa Kembang, Kecamatan Pacitan.

Saat itu saya masih ingat nasihat ayah.

"Kalau kamu punya rezeki, 50 persen untuk kamu dan 50 persen lagi untuk musala. Pasti rezeki itu akan barokah", kenangnya.

Pesan almarhum ayahnya terus diingat Sumirah. Setiap rupiah dihasilkan, selalu disisihkan untuk musala. Begitu pula ketika orderan memijat merambah hingga Madiun, bahkan Semarang.

Saat SMP, Sumirah dan kakaknya hijrah ke Jakarta. Di kota megapolitan ini Sumirah tidak tertarik mencicip pekerjaan lain. Ndilalah, kemampuan memijatnya tersohor hingga ke Jawa Barat. Pada 1986, Sumirah dan suami mencari peruntungan di Surabaya. Di kota ini, selain tetap memijat, ia bekerja di pabrik PT Horison Sintex (sekarang Lotus). Ia hanya masuk pabrik hari Selasa, Rabu, dan Kamis.

Namun dua profesi itu belum cukup. Merasa waktunya masih senggang, Sumirah mencari pekerjaan sampingan. Ia menjadi tukang sol sepatu, menjahit baju, dan tukang keriting rambut.

"Karena pekerjaan banyak, rata-rata saya hanya tidur dua jam sehari. Mijat saja sehari hingga 20 kali", akunya sambil tersenyum.

Kerja keras itu impas dengan hasilnya. Sehari, tidak kurang ia mengantongi Rp 2 juta. Namun limpahan uang itu tidak membuatnya mabuk. Uang itu dialirkan untuk membangun madrasah, musala-musala, dan masjid di desanya. Sumirah enggan menyebut nama-nama musala itu. nanti saya ndak di-ridhoi kalau pamer,・tukasnya.

Suatu ketika, Sumirah pulang kampung. Jalan di desanya tidak bisa dilewati karena rusak berat. Prihatin, ia dan suaminya mem-paving seluruh jalan itu. Walhasil, rencana naik haji seketika batal karena simpanan Rp 60 juta habis untuk ongkos paving.

"Saya tidak pernah menyimpan uang di bank. Bukan apa-apa, tapi karena tanda tangan saya tidak pernah sama. Itu tentu tidak boleh kan?," katanya.

Hidup Sumirah teruji saat dia melihat banyak anak telantar di sekitar kampungnya. Dia nekat menampung 54 anak yatim itu di rumahnya yang berukuran 2,5 meter x 13 meter. Sebagian dari mereka saya kos-kan di depan rumah. Saya sewa tiga kamar,・katanya.

Masalah datang ketika anak asuhnya ndableg dengan menghabiskan air dan sabun milik ibu kos. Sekitar pukul 21.00 WIB, anak-anak itu diusir.

"Mereka saya tampung di rumah saya. Jadi, mereka tidur sambil duduk", kata Sumirah.

Esoknya, Sumirah mencari kontrakan untuk mereka. Tawaran kontrakan Rp 4 juta ditolak karena Sumirah tak punya duit. Di tengah kesulitan, ia berdoa. Mendadak ada semacam dorongan untuk menghubungi Pak Triyono, dermawan dari Barata Jaya. Sumirah kaget, Pak Triyono memberinya zakat maal (zakat kekayaan) sejumlah Rp 4 juta.

"Agar tidak mengganggu penduduk kampung, pagi-pagi sekali kami pindahan", katanya.

Panti Asuhan Amanah, kini menampung 60 anak yatim, dibangun Sumirah tahun 1996. Mereka kanak-kanak hingga remaja. Belum lama ini Sumirah mengasuh balita yang ditinggal mati bapaknya. Amelia, balita itu, sekarang berumur sembilan bulan.

"Oh ya, Saya sudah menikahkan 13 anak sini, 16 Oktober 2008 nanti saya mantu lagi", ujarnya dengan mata berbinar.

Untuk mencukupi hidup anak asuhnya, Sumirah tidak mengandalkan bantuan donatur yang sebagian adalah pelanggan pijatnya. Selepas subuh, anak yatim itu berdagang kelapa kupas, sayuran, dan bumbu. Sumirah dan suami juga membuka toko kelontong.

Mengakhiri kisahnya, Sumirah sempat bilang,

"Pergunakanlah mata hati. Banyak orang pintar yang belum tentu mengerti".

Sumber: Surya Online